Kata Kemenkes Soal Kabar Ribuan Mahasiswa di Bandung Positif HIV/AIDS
- AIDS
VIVA Lifestyle – Kasus HIV/AIDS masih menjadi endemi di Indonesia, bahkan terkini laporan menyatakan bahwa ribuan mahasiswa di Bandung, Jawa Barat terinfeksi virus tersebut. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) angka bicara mengenai penemuan tersebut dan mengatakan bahwa ada kesalahpahaman dalam laporan data tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Imran Pambudi mengatakan masyarakat kerap menyoroti angka dari kasus HIV/AIDS yang dilaporkan pada mahasiswa di Bandung itu. Scroll lebih lanjut ya.
Faktanya, banyak yang tak memahami bahwa data tersebut dicatat selama puluhan tahun sehingga bukan data terkini.
"Secara umum sebetulnya terkait mahasiswa, termasuk ada pertanyaan terkait (HIV/AIDS) di Bandung. Datanya kan digunakan bukan saat ini jadi itu kelompok yamg kita kumpulkan sejak beberapa tahun lalu," kata Direktur Imran dalam acara virtual Kemenkes, Selasa 29 November 2022.
Lebih dalam, Kemenkes menyampaikan bila data tersebut bukan real time atau terkini, maka usia pasien HIV/AIDS yang tercatat itu sudah bukan lagi ada di kelompok mahasiswa melainkan sudah berusia lanjut. Dalam artian, kasus HIV/AIDS ini cenderung mengintai di usia produktif yakni dewasa muda dan remaja, termasuk mahasiswa.
Ada pun secara data yang sudah disurvey Kemenkes, terbukti kasus HIV/AIDS rentan mengintai usia produktif karena tergolong aktif secara seksual. Namun, hal ini bukan pertanda bahwa semua yang ada di usia tersebut adalah mahasiswa sehingga stigma dari pemberitaan sebelumnya harus dihapuskan.
"Memang kalau ditanya golongan umur berapa paling banyak umurnya reproduktif aktif sekitar 20-45 atau 50-an. Apakah ini mahasiswa atau bukan, nanti datanya diberitahu detail," kata Imran.
Berdasarkan data modeling AEM, tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526,841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Yang mana, sekitar 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.
Penyebabnya beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.
Direktur Imran pun menegaskan komitmen Kementerian Kesehatan berkomitmen mengakhiri endemi HIV pada tahun 2030. Sebagai bentuk dari komitmen tersebut, Kemenkes melakukan upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan menempuh jalur cepat 95-95-95. Artinya mencapai target indikator 95 persen estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) diketahui status HIV-nya, 95 persen ODHIV diobati dan 95 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.
Namun, menurut data tahun 2018-2022, capaian target tersebut khususnya pada perempuan, anak dan remaja masih belum optimal. Sebab, baru 79 persen Orang Dengan HIV (ODHIV) mengetahui status HIV-nya, baru 41 persen ODHIV yang diobati dan 16 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi.