Kian Marak Prostitusi Online, Dokter Khawatir Anak Rentan Diintai HIV/AIDS

Ilustrasi HIV/AIDS.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Prostitusi online menjadi salah satu 'jembatan' dalam penyebaran penyakit menular seksual (PMS) HIV/AIDS. Seiring perkembangan zaman di era moderennya teknologi, ptostitusi online ini kian marak hingga membahayakan anggota keluarga, termasuk anak.

Waspada Lonjakan Kasus Cacar Air, Pakar Sarankan Jaga Imun dengan Cara Ini

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), dr. Imran Pambudi M.P.H.M, mengatakan laporan kasus HIV/AIDS pada anak setiap tahunnya terus terjadi. Menurut dr. Imran, ini jadi alasan di mana penguatan pencegahan penularan HIV/AIDS harus dikuatkan kembali, terutama pada anggota kekuarga sebagai sarana pendidikan pertama anak. Scroll selanjutnya.

"Tiap tahun masih ditemukan anak dengan HIV, ini menunjukkan pengendalian dan pencegahan HIV masih perlu penguatan-penguatan," ujarnya dalam acara virtual Kementerian Kesehatan, Selasa 29 November 2022.

Singgung Paula, Unggahan Baim Wong Ini Jadi Sorotan

Ilustrasi bayi.

Photo :
  • ISTOCK/BBC.com

Lebih dalam, dr. Imran menegaskan  laporan data di Kemenkes terkait anak dengan HIV mencapai belasan ribu kasus dalam kurun waktu 12 tahun. Mirisnya, pengobatan pada anak dengan HIV masih rendah lantaran akses yang minim.

Zaidul Akbar Ungkap Penyebab Galau dan Cemas, serta Makanan untuk Anak Cerdas dan Stabil

"Kurun waktu 2010-2022, Sekitar 12.500 anak usia 14 tahun ke bawah memiliki status HIV. Dari 12.500 itu yang sudah mulai pengobatan baru 7.800-an. Jadi gap-nya juga masih tinggi dimana anak laki-laki (kasusnya) lebih banyak yang HIV dibanding perempuan. Artinya bicara akses, terkait bagaimana akses pengetahuan atau layanan kesehatan kepada orangtuanya. Karena mereka biasanya akan tertular dari orangtua," tambah Imran.

Senada, dokter spesialis kulit kelamin, dr Santoso Edi Budiono SpKK, menyebutkan bahwa kerentanan anak terkait HIV/AIDS tak jauh-jauh dari berkembangnya teknologi. Terlihat dari salah satu survei menemukan di mana dibandingkan negara lain, terbukti 80 persen masyarakat Indonesia memakai aplikasi WeChat.

Prostitusi anak dilegalkan

Photo :

"Indonesia yang pakai WeChat paling besar, 80 persennya di Indonesia. Itu sering dipakai untuk pemasaran prositusi di situ. Ini yang harus disadari pentingnya literasi digital pada anak agar bisa cegah dan tahu dampak dari HIV," kata dokter Santoso di kesempatan yang sama.

Santoso tak menampik bahwa prostitusi dan pornoaksi kian marak di media sosial serta mudah dijangkau usia berapa pun. Kondisi ini membuat anak rentan terpapar hal tersebut yang pada akhirnya juga berdampingan dengan kondisi HIV/AIDS yang sebenarnya bisa dicegah.

"Sekarang makin marak prostitusi dan pornoaksi online sehingga harus kembangkan literasi online pada anak yamg mulai terbuka pada gadget. 70 persen masyarakat di perkotaan terhubung dengan internet. Ini harus beri literasi digital pada anak agar anak tahu apa yang dibutuhkan dan tidak," ujarnya.

Lebih dalam, Santoso mengimbau agar tanggungjawab orangtua pun lebih diperkuat terkait perkembangan teknologi yang mudah dijangkau anak. Maka, edukasi pendidikan seks patut diberikan sejak dini dan aturan yang disesuaikan dengan agama sehingga anak terhindar dari pornoaksi dan prostitusi online serta mencegah meluasnya HIV/AIDS.

"Sebaiknya kita melakukan menyebarkan informasi di tingkat keluarga agar ibu jadi center of excellent agar tularkan pengetahuan sejak dini, pendidkan seks sejak dini. Bukan saat dewsa. Itu dibimbing, bukan cari sendiri. Memang harus dibimbing orangtua. Sehingga yang dilakukan gimana meningkatkan skill orangtua untuk menyampaikan ini pada anaknya," katanya.

 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya