Hati-hati, Studi Ungkap Puasa Intermiten Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Ilustrasi puasa.
Sumber :
  • inmagine

VIVA Lifestyle – Penelitian yang dilakukan pada hewan dan manusia telah meneliti dengan cermat efek puasa intermiten pada berbagai fungsi tubuh, dan hasilnya sebagian besar dianggap menguntungkan. 

Sudah Dicoba! Ini Dia 3 Olahraga Terbaik untuk Mengecilkan Lengan

Namun, beberapa pertanyaan muncul terkait keamanan praktik tersebut dan apakah kesesuaiannya bersifat universal. Meskipun puasa ini menjadi cara yang efisien untuk menurunkan berat badan dan membuat tubuh tetap bugar, namun sebuah penelitian baru menunjukkan puasa intermiten dapat meningkatkan risiko kematian dini. Benarkah? Yuk, scroll. 

Menurut sebuah studi baru, melewatkan sarapan dapat dikaitkan dengan risiko kematian karena penyakit kardiovaskular yang lebih besar. Temuan ilmiah terbaru juga mengatakan, melewatkan makan siang atau makan malam dapat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih besar karena berbagai sebab. 

Rumahmu Banyak Semut? Cek 5 Penyebab Utama dan Cara Mengatasinya

Bahkan individu yang makan tiga kali sehari dapat meningkatkan risiko semua penyebab kematian jika mereka makan dua kali dalam waktu yang berdekatan kurang dari 4,5 jam, demikian menurut penelitian tersebut. 

Ilustrasi menu hidangan diet

Photo :
  • Dokumentasi Fit Company
Rumah Kuliner Berkonsep Nyaman Hadir di Pameran Makanan Internasional

Pemahamannya adalah bahwa melewatkan makan dapat menyebabkan konsumsi beban yang lebih besar pada satu waktu. Hal ini dapat memperburuk beban metabolisme glukosa, yang selanjutkan dapat menyebabkan kerusakan metabolisme. 

Diketahui, metabolisme yang buruk terkait dengan perkembangan beberapa penyakit kardiovaskular. Temuan tersebut didapat dari penelitian terhadap lebih dari 24 ribu orang dewasa Amerika selama lebih dari 40 tahun. Status kematian dan penyebabnya tersedia untuk total 4.175 pasien. 

Peneliti mengamati sejumlah karakteristik umum di antara paisen yang makan kurang dari tiga kali sehari. Pasien-pasien yang dilibatkan adalah laki-laki muda, kulit hitam non hispanik, berpendidikan rendah dan pendapatan keluarga rendah, merokok, sering minum alkohol, suka konsumsi makanan yang tidak bergizi, suka ngemil dan asupan energi yang lebih sedikit secara keseluruhan. 

Hasilnya yang diterbitkan dalam jurnal Academy of Nutrition and Dietetics, ditemukan bahwa melewatkan sarapan dapat merusak kesehatan. Dokter Yangbo Sun dan Department of Preventive Medicine di University of Tennessee Health Science Center, Memphis, melakukan penelitian tersebut bersama timnya.

"Pada saat puasa intermiten secara luas disebut-sebut sebagai solusi untuk menurunkan berat badan, kesehatan metabolisme dan pencegahan penyakit. Penelitian kami penting untuk sebagian besar orang dewasa Amerika yang makan kurang dari 3 kali setiap hari," kata dia dilansir dari laman Express, Selasa 29 November 2022. 

Ilustrasi diet.

Photo :
  • Pixabay

"Penelitian kami mengungkapkan bahwa orang yang makan hanya satu kali sehari lebih mungkin meninggal daripada mereka yang makan lebih banyak. Di antara mereka, peserta yang melewatkan sarapan, lebih mungkin mengembangkan penyakit kardiovaskular yang fatal. Sedangkan mereka yang melewatkan makan siang atau makan malam, meningkatkan risiko kematian dari semua penyebab," sambungnya. 

Seorang peneliti senior dalam studi tersebut, Dokter Wei Bao, dari departemen epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Lowa, menegaskan kembali pentingnya temuan tersebut.

"Signifikan bahkan setelah penyesuaian untuk faktor diet dan gaya hidup seperti merokok, penggunaan alkohol, tingkat aktivitas fisik, asupan energi, dan kualitas diet serta kerawanan makanan," ungkapnya. 

Dia menambahkan, bagaimana pun temuan tersebut berdasarkan pengamatan yang diambil dari data publik dan tidak menyiratkan kausalitas. Meskipun juri masih belum mengetahui apakah puas intermiten bermanfaat bagi manusia, para ahli menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perubahan drastis pada pola makan Anda. 

Beberapa orang melaporkan masalah tidur atau mengalami kerusakan organ saat menjalankan puasa intermiten secara ekstrem. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya