Dokter Sebut Kelompok Anak Ini Lebih Rentan Diintai Polio
VIVA Showbiz – Pemerintah telah menerima satu laporan kasus polio di Aceh dan kini menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena virus ini dapat mengintai anak-anak di berbagai usia.
Terlebih, pakar WHO Indonesia mengingatkan bahwa ada sejumlah anak yang lebih rentan terhadap virus polio hingga bisa berdampak pada gejala berat sehingga patut dicegah sejak dini.
Pakar WHO Indonesia mengatakan bahwa semua kelompok anak rentan terhadap berbagai penyakit karena imunitasnya yang lebih rendah dibanding orang dewasa. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Terlebih, anak-anak cenderung gemar bermain sehingga rentan menyentuh dan terpapar air atau pun makanan yang terkontaminasi virus polio.
"Semua berisiko tapi memang usia bawah 5 tahun laling berisiko. Anak tidak ada kekebalan tentu lebih rentan, namanya anak suka main akhirnya tertelan saat main di air. Tidak ada perlindungan (vaksin) itu paling rentan, walau semuanya berisiko," ujar NPO Surveilance-WHO Indonesia, dr Musthofa Kamal MSc, dalam live Instagram Dinkes DKI Jakarta, Selasa 22 November 2022.
Anak bawah lima tahun atau balita cenderung lebih rentan karena masih sulit mengerti dan memahami kondisi air atau makanan yang terkontaminasi.
Selain itu, kelompok anak yang lebih rentan terhadap polio juga cenderung yang memiliki kondisi gangguan atau penyakit pada kekebalan tubuhnnya.
"Orang-orang yang mengalami gangguan atau penyakit kekebalan tubuh maka si virus akan paling cepat berkembang. Di banyak jurnal terbukti virusnya lebih banyak, artinya replikasi sampai 7000 kali lipat," kata dr. Kamal.
Bahkan salah satu kasus polio di India, ditemukan sumber virusnya berasal dari seseorang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh dan menulari banyak anak yang tak memiliki perlindungan vaksin.
Orang dengan gangguan kekebalan yang menulari anak-anak itu, tak bergejala namun virusnya hidup di tubuh dan mampu menulari.
"Orang yang punya gangguan kekebalan tubuh, orang dengan gangguan kekebalan tubuh seperti malnutrisi, kanker, juga sangat berisiko kena. Pun ketika nggak muncul gejala, dia akan shading atau keluarkan tinja yang mengandung virus polio dalam waktu lama," jelasnya.
Pada orang yang kekebalan tubuhnya masih baik, virus polio cenderung menurun hingga 15 persen di hari ke-60.
Tapi pada orang dengan gangguan kekebalan tubuh dan penyakit penyerta lain, virus di tubuh masih tetap banyak dan berkembang meski sudah melewati beberapa pekan sejak onset masuknya virus.
"Dari mulai kena, onset mulai sekitar 95 persen ketemu di tinja. Kalau sudah 60 hari ke atas berkurang sekali (virusnya). Kalau pada anak dengan gangguan kekebalan, keluar virusnya lama. Risiko penularan juga lebih tinggi. Apalagi kalau BAB tidak di tempat yang standard," jelasnya.
Buang air besar yang dilakukan tidak pada tempatnya, akan berisiko besar mencemari air yang menjadi tempat main anak. Atau juga, bahaya mencemari makanan yang berpotensi dikonsumsi anak.
Maka, dokter Kamal menegaskan pentingnya melakukan pencegahan sejak dini dalam menghindari gejala yang tak diinginkan itu. Pencegahan utama, tentu dari vaksin polio diiringi imunisasi lengkap.
Selanjutnya, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terdengar sederhana namun mampu mencegah beragam penyakit, termasuk polio.
"Kita berhasil eradikasi (berantas polio) tipe 2 dan 3. Bisa nih kita atasi. Karena yang bermasalah kalau anak belum divaksin, akhirnya virus masuk dan berkembang di saluran pencernaan dan serang saraf. Kalau sudah vaksin ada perlindungan, tentu akan menjadi pelindung untuk anak tersebut tidak alami gejala apalagi kelumpuhan," tandasnya.
Adapun pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh berdasarkan penelusuran RT-PCR. Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa Polio tingkat Kabupaten Pidie.
Pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil.
Pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.