Bukan Bersin, Dokter Ingatkan Penularan Polio Melalui Air Tercemar
- Pixabay
VIVA Showbiz – Satu kasus polio telah ditemukan di Aceh dengan menimbulkan gejala kelumpuhan pada salah satu kaki anak. Hal tersebut menimbulkan sejumlah kekhawatiran pada banyak orangtua lantaran penyakit yang sempat 'hilang' di Indonesia ini dapat menular.
NPO Surveillance-WHO Indonesia, dr. Musthofa Kamal, MSc., menegaskan penyakit polio sangat menular karena virusnya dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke yang lainnya. Kendati begitu, penularannya berbeda dengan penyakit virus lain yang rentan mengintai anak, sebut saja seperti batuk dan pilek yang dapat saling menularkan melalui droplet. Pada polio, penularannya melalui tinja yang mencemari lingkungan.
"Penularan polio itu fecal-oral. Artinya, melalu tinja yang dikeluarkan seorang anak atau orang dewasa, kemudan keluar lewat tinja dan mencemari lingkungan sekitar," ujarnya dalam live instagram bersama Dinas DKI Jakarta, Selasa 22 November 2022.
Mirisnya, di beberapa daerah yang mungkin tidak memakai alat buang air yang standard, dapat mencemari sungai yang bisa saja airnya digunakan untuk bermain anak-anak. Tak hanya itu, tindakan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) yang tidak diterapkan pun memicu risiko tinja yang terkontaminasi virus mencemari makanan sehingga menjadi sumber penularan ke anak.
"Jadi misal gak cuci tangan, habis buang air gak cuci tangan, terus pegang-pegang makanan bareng. Bisa juga, tinja masuk ke saluran air, dipakai untuk aktivitas airnya bisa jadi sumber penularan virus," tambahnya.
Dijelaskan dokter Kamal, polio adalah penyakit menular yang sudah ditemukan sejak zaman dahulu. Kasusnya pun pernah ditemukan di mesir pada seorang pendeta yang memiliki salah satu kaki yang mengecil. Virusnya sendiri terdiri dari tiga tipe yang mana semua jenis virus tersebut mampu menyerang sistem saraf pusat mau pun tepi. Hal ini bisa membuat gejala menjadi berat hingga timbul kematian.
"Bisa serang sistem saraf, itu yang ditakutkan. Bisa sebabkan kelumpuhan dan kematian, terutama kalau serang saraf pernafasan," katanya.
Pada tahun 80-an, katanya, insiden polio masih tersebar luas dan kasusnya meningkat tajam. Salah satu kondisi yang cukup dikenal di masa itu adalah paru-paru besi atau iron lung yang diakibatkan gangguan pernapasan karena virus polio menyerang saraf pernapasan.
"Ada paru-paru besi namanya, jadi orang kena polio gak bisa napas dibantu dengan iron lung itu," tambahnya.
Adapun pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh berdasarkan penelusuran RT-PCR. Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa Polio tingkat Kabupaten Pidie.
Pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil. Pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.
Untuk mencegah penularan dan bahaya polio, maka dokter Kamal menganjurkan untuk melakukan dua hal utama. Pertama, melengkapi imunisasi polio dan penyakit menular lainnya di fasilitas kesehatan terdekat.
"Kalau sudah vaksin ada perlindungan, tentu akan menjadi pelindung untuk anak tersebut tidak alami gejala apalagi kelumpuhan," bebernya.
Kedua, PHBS patut dilakukan oleh seluruh masyarakat dan berikan edukasi tersebut pada anak sejak dini sehingga terbiasa melakukannya. Dengan begitu, tak akan ada lagi tinja dengan virus polio yang mencemari air dan makanan serta terhindar bahaya penyakit lainnya.
"Paling tidak melindungi anak. Faktor risiko dikurangi artinya perilaku hidup bersih dan sehat, polio lekat dengan penggunaan air terkontaminasi tinja mengandung virus polio. Juga, vaksinasi harus lengkap, (sudah) gratis lagi (di puskesmas dan posyandu)," katanya.