Kasus Melonjak, China Kembali Laporkan Kematian Pertama COVID-19

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.
Sumber :
  • pexels/Edward Jenner

VIVA Lifestyle – China kembali mengumumkan kematian baru pertamanya akibat COVID-19 dalam hampir setengah tahun. Pemerintah setempat pun telah melakukan langkah-langkah baru yang ketat diberlakukan di Beijing dan di seluruh negeri untuk menangkal lonjakan kasus virus corona. 

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

China pada Minggu 20 November 2022, mengumumkan 24.215 kasus baru, sebagian besar dari mereka tanpa gejala. Kematian pria Beijing berusia 87 tahun, adalah yang pertama dilaporkan oleh Komisi Kesehatan Nasional sejak 26 Mei 2022, sehingga jumlah total kematian menjadi 5.227. Scroll untuk info selengkapnya.

Kematian sebelumnya dilaporkan di Shanghai, yang mengalami lonjakan besar kasus selama musim panas. Ada pun, China memiliki tingkat vaksinasi keseluruhan lebih dari 92 persen setelah menerima setidaknya satu dosis, jumlah itu jauh lebih rendah di kalangan orangtua, terutama mereka yang berusia di atas 80 tahun. Namun, Komisi kesehatan tidak memberikan perincian tentang status vaksinasi orang yang meninggal.

Pernah Dilarang KB oleh Edwrad Akbar, Kimberly Ryder Kasih Pesan Ini Buat Para Wanita

Dikutip dari laman Channel News Asia, kerentanan itu dianggap sebagai salah satu alasan mengapa China sebagian besar menutup perbatasannya dan tetap berpegang pada kebijakan "nol-COVID" yang berupaya menghapus penularan melalui lockdown, karantina, pelacakan kasus, dan pengujian massal, meskipun berdampak pada kehidupan normal dan ekonomi dan meningkatnya kemarahan publik pada pihak berwenang.

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat
Mengenal Hernia Inguinal Umum Terjadi pada Bayi Laki-laki, Tak Bisa Sembuh Sendiri Perlu Tindakan Operasi

Sebagai tanggapan parsial, pusat kota Zhengzhou mengatakan bahwa tes COVID-19 negatif dari bayi di bawah usia 3 tahun dan "kelompok khusus" lainnya yang mencari perawatan kesehatan tidak lagi diperlukan.

Pengumuman oleh pemerintah kota Zhengzhou itu muncul setelah kasus kematian anak kedua diduga akibat keyakinan anti-virus yang terlalu bersemangat. Bayi perempuan berusia 4 bulan itu meninggal setelah menderita muntah dan diare saat dikarantina di sebuah hotel di Zhengzhou.

Laporan itu mengatakan ayahnya membutuhkan waktu 11 jam untuk mendapatkan pertolongan setelah petugas kesehatan menolak untuk memberikan bantuan dan dia akhirnya dikirim ke rumah sakit yang berjarak 100 km. Pengguna internet mengungkapkan kemarahannya pada kebijakan "nol COVID" dan menuntut pejabat di Zhengzhou dihukum karena gagal membantu masyarakat.

Kasus itu pun mengikuti protes sebelumnya atas kematian anak laki-laki berusia 3 tahun akibat keracunan karbon monoksida di Barat Laut. Ayahnya menyalahkan petugas kesehatan di kota Lanzhou, yang menurutnya berusaha menghentikannya membawa putranya ke rumah sakit.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu

Kasus lain termasuk seorang wanita hamil yang mengalami keguguran setelah dia ditolak masuk ke rumah sakit di kota barat laut Xi'an dan dipaksa duduk di luar dalam cuaca dingin selama berjam-jam.

Diketahui, hampir tiga tahun setelah pandemi, sementara sebagian besar dunia telah terbuka dan dampaknya terhadap ekonomi China meningkat, Beijing sebagian besar menutup perbatasannya dan melarang perjalanan bahkan di dalam negeri. Di ibu kota Beijing, penduduk diberitahu untuk tidak melakukan perjalanan antar distrik kota, dan sejumlah besar restoran, toko, mal, gedung perkantoran, dan blok apartemen telah ditutup atau diisolasi. 

Ilustrasi gangguang ADHD pada anak

IDI Kabupaten Jepara Berikan Informasi Pengobatan bagi Gangguan ADHD Pada Anak

Di Indonesia, prevalensi ADHD pada anak sekolah diperkirakan mencapai 15 persen, yaitu 1 dari 20 anak.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024