Waspada Sesak Napas karena PPOK, Ini Bedanya dengan Asma

Ilustrasi asma.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle – Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) menjadi masalah kesehatan yang perlu perhatian lebih dan diwaspadai oleh masyarakat. Dokter dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Arief Bakhtiar, Sp.P(K) mengatakan bahwa gejala sesak napas pada PPOK sifatnya sangat persisten dan progresif yang makin lama bisa bertambah parah.

Waspada! Ini 13 Penyakit yang Sering Muncul Saat Musim Hujan

Berdasarkan GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease) tahun 2021, Pengertian PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah, dan dapat ditangani. Scroll untuk info lebih lengkap.

“Pada pasien PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) terjadi suatu hambatan aliran udara yang persisten (terus-menerus) atau menetap dan sering progresif yang makin lama makin memberat,” kata dokter yang tergabung dalam Pokja Asma PPOK PDPI itu dalam konferensi pers virtual, Rabu 16 November 2022.

Mengatasi Epidemi Merokok Perlu Strategi Kebijakan Komprehensif Berbasis Bukti Ilmiah

PPOK biasanya terjadi pada orang yang memasuki usia paruh baya, sekitar 40 tahun. Gejala kian memburuk secara perlahan terutama terhadap pasien yang memiliki riwayat merokok tembakau atau paparan jenis asap polusi lainnya.

Sesak napas

Photo :
  • Times of India
Penyakit X Gejalanya Mirip Flu Mewabah Lagi, Sudah Tewaskan 79 Orang di Kongo

Yang membedakan PPOK dengan asma adalah seringkali gangguan asma diderita sejak kecil dengan gejala yang muncul secara beragam, misalnya terasa sesak saat pagi atau malam hari. Pada pasien asma, alergi, rhinitis, atau eksema juga muncul dan biasanya terdapat riwayat penyakit yang sama pada keluarga.

Menurut dokter Arief, pasien yang mengalami PPOK akan merasakan sesak napas meskipun tidak dalam kondisi serangan. Sementara penderita asma merasakan sesak pada kondisi tertentu dan bisa bernapas dengan normal di lain waktu.

“Kalau asma di luar serangan seperti orang normal, tidak sesak. Tapi kalau pada PPOK umumnya dia akan tetap sesak,” jelas dokter Arief.

Sesak napas pada PPOK terjadi akibat abnormalitas pada alveoli paru-paru yang bertugas untuk pertukaran udara. Penderita PPOK akan memiliki alveoli yang melar atau lebih memanjang dari kondisi normalnya. Dengan kondisi tersebut, maka fungsi pertukaran udara jadi tidak maksimal.

Ilustrasi paru-paru.

Photo :
  • Freepik/kjpargeter

Gejala mendasar yang perlu diperhatikan seperti sesak napas, batuk berat dengan mengi yang sering timbul disertai dengan produksi dahak yang banyak, maka disarankan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

“Tujuan pengobatan PPOK yang stabil adalah mengurangi gejala dan mengurangi risiko. Mengurangi gejala untuk memperbaiki kemampuan beraktivitas dan memperbaiki status kesehatan. Mengurangi risiko untuk mencegah perkembangan penyakit, mencegah serangan akut dan menurunkan risiko kematian. Mengingat bahwa PPOK tidak dapat disembuhkan, maka pencegahan dan deteksi lebih dini akan jauh memberikan manfaat yang lebih besar, ” kata dokter Arief.

Ilustrasi berhenti merokok.

Pengurangan Risiko Merokok, Praktisi Kesehatan Soroti Opsi Alternatif Ini

Praktisi kesehatan, dokter Freddy Dinata mengatakan konsep pengurangan risiko merupakan upaya untuk mengurangi efek dari kebiasaan yang berbahaya bagi kesehatan.

img_title
VIVA.co.id
12 Desember 2024