Tak Hanya Gangguan Penglihatan, Penyandang Mata Juling Juga Alami Penurunan Kualitas Hidup
- Dokumentasi JEC
VIVA Lifestyle – Sebuah studi terbaru melaporkan prevalensi strabismus (atau biasa disebut mata juling) secara global diperkirakan mencapai 1,93 persen. Angka ini menunjukan bahwa setidaknya 148 juta orang di seluruh dunia menyandang strabismus.
Sementara, hasil pemeriksaan mata lengkap terhadap 3.009 anak usia 6-72 bulan di Singapura memperlihatkan bahwa 15 persen di antaranya mengalami strabismus. Strabismus terjadi akibat gangguan atau kelemahan pada kontrol otak terhadap otot mata sehingga bola mata tidak berada pada posisi yang sejajar satu sama lain (neuromuscular weakness). Scroll untuk simak artikel selengkapnya
Terjadinya strabismus pada anak juga berisiko pengaruhi perkembangan fungsi penglihatannya. Bahkan, tanpa penanganan yang tepat, penyandang strabismus bisa berisiko terkena mata malas (ambliopia) dan gangguan perkembangan binokularitas - yakni gangguan pada pembentukan kemampuan penglihatan tiga dimensi/binokular.
“Penyandang mata juling tidak hanya berisiko terdampak dari sisi kesehatan penglihatannya saja! Strabismus juga memberi impak yang menyulitkan penyandangnya mendapatkan hidup berkualitas. Masyarakat masih melihat penyandang strabismus sebagai kelompok yang ‘berbeda’. Prasangka, kesalahpahaman, dan perlakuan negatif akibat stigma yang keliru turut meningkatkan tekanan sosial yang mau tak mau sering penyandang strabismus alami,” kata Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K) selaku Direktur Medik RS Mata JEC @ Kedoya, pekan lalu.
Temuan lain (menyebut penyandang strabismus berisiko mengalami gangguan mental 10 persen lebih tinggi; termasuk lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti keinginan bunuh diri, depresi, ansietas, fobia sosial, hingga skizofrenia.
Terdorong situasi tersebut, RS Mata JEC @ Kedoya menggagas “Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC” untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang strabismus di Indonesia melalui pemberian operasi mata juling gratis kepada 100 pasien. Inisiatif ini menjadi aksi sosial perdana yang berfokus pada penanganan mata juling di Indonesia.
“Inisiatif ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ yang perdana berlangsung tahun ini, kami gagas sebagai kepedulian JEC untuk membantu masyarakat penyandang strabismus - terutama dari kalangan membutuhkan, agar bisa mendapatkan kembali kualitas hidup mereka. Selaras dengan tujuan JEC Eye Hospitals and Clinics untuk terus berupaya mewujudkan visi mengoptimalkan penglihatan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” kata Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K).
“Setiap orang berhak mendapatkan penglihatan optimal dan hidup yang berkualitas. Penyandang strabismus juga tak berbeda, berkesempatan yang sama. Hidup mereka secara psikososial tak berhenti lantaran menyandang strabismus. Mereka harus kita dorong untuk bisa bangkit, salah satunya melalui operasi mata juling, sehingga mampu semakin berkembang dan maju menggapai masa depan yang lebih baik. Karenanya, saya tergerak sepenuh hati untuk berkontribusi sekaligus mengapresiasi gagasan ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC,” ujar Dr. Darwan M. Purba, SpM(K).
Pelaksanaan tindakan operasi terhadap seratus penyandang mata juling akan dilangsungkan mulai 7 hingga 18 November 2023 di Rumah Sakit Mata JEC @ Kedoya. Pelaksanaan tindakan operasi penanganan mata juling memerlukan persiapan secara ekstensif melibatkan para ahli medis yang mumpuni. Selain tim spesialis mata strabismus JEC (untuk proses bedah mata), tindakan operasi juga melibatkan tim dokter anestesi JEC bersama tim perawat yang kompeten (pasien harus mendapatkan bius umum).