Selain Obat Sirup, IDAI Sebut Gagal Ginjal Akut Bisa Disebabkan COVID-19
- Freepik
VIVA Lifestyle – Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), menuturkan bahwa gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) sudah ditelusuri dengan detail mengenai dugaan kuat penyebabnya. Menurut Piprim, tim peneliti menelusuri banyak faktor dan penyebab dari GGAPA selain obat sirup, termasuk COVID-19.
"Ada gagal ginjal karena COVID-19 bisa, memang bisa. Tapi pada pasien-pasien yang diperiksa itu, antigen COVID-nya negatif," ujar Piprim dalam diskusi media daring, Rabu 9 November 2022.
Piprim menambahkan bahwa sebagian kecil pasien anak dengan GGAPA itu memang ada yang tidak mengonsumsi obat sirup, namun penyebab yang mendominasi diakui para pakar yakni berasal dari cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). Termasuk kasus seorang pasien anak, yang menurut Piprim tak biasa, karena sempat konsumsi obat sirup dari PT Afi Farma, dengan dinyatakan positif COVID-19.
"Pasca pelarangan sirup, anak ini nggak pipis 4 hari, COVID-19 positif. Dia minum parasetamol dari Afi Farma. Ini karena COVID atau sirupnya. Karena situasi sekarang, sudah dikasih fomepizole, tiga hari pindah ke ruang perawatan biasa," jelasnya.
Menurut Piprim, pasien anak tersebut tetap didiagnosa mengalami GGAPA lantaran keracunan obat. Artinya, meski kondisi pasien anak dinyatakan COVID-19, namun sudah mengonsumsi obat mengandung EG dan DEG, maka penanganannya pun akan sama.
"Jadi, walau COVID positif, ada intoksikasi juga, tapi karena ada cerita seperti itu dan memenuhi syarat untuk kasus probable dan hasilnya (setelah diberi antidotum) sangat bagus. COVID-19 bisa sebabkan gagal ginjal tapi kalau curiga intoksikasi perlakukan juga beri antidotum," tegasnya.
Piprim mengatakan bahwa para ahli tak terburu-buru menyimpulkan mengenai kaitan kuat antara obat sirup dan GGAPA pada anak tersebut. Banyak faktor telah diuji namun kesimpulan mengarah kepada obat sirup sebagai penyebab utamanya.
"Ini nggak buru-buru. Kita sudah cari semua sebab. Apakah infeksi, parameter infeksi diperiksa. Tapi kok yang meninggal masih banyak," kata.
Piprim melanjutkan bahwa sempat ada kondisi nyaris serupa dengan COVID-19 pada pasien GGAPA tersebut namun dengan cepat terbantahkan. Sebab, sudah ada bukti bahwa gambaran scan medis tak menunjukkan kaitan dengan COVID-19 dari pasien GGAPA. Terlebih, muncul laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait anak-anak di Gambia yang meninggal akibat obat sirup.
"Mirip COVID-19 tapi bukan. Di CT Scan nggak ada apa-apa juga. Saat itu, Gambia melaporkan (obat sirup) baru kita ngeuh, jangan-jangan ini mirip dengan tim Gambia. Baru kita mengarah ke intoksikasi Etilen Glikol (EG)," bebernya.