Program Bayi Tabung dengan Teknologi Terbaru, Keberhasilan Tinggi Bisa Cegah Penyakit Turunan
- Freepik/tirachardz
VIVA Lifestyle – Keberhasilan program bayi tabung kini semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi di era yang kian modern. Mendeteksi masalah kromosom pada embrio untuk mencegah terjadinya keguguran pada pasien ibu dan calon bayi tabung bisa dilakukan dengan Teknologi PGT-A atau Pre-Implamantation Genetic Testing for Aneuploidy.
Teknologi PGT-A ini memberikan manfaat bagi pasangan yang memiliki kondisi sudah melakukan program bayi tabung berulang kali dan belum berhasil untuk hamil, pasangan yang memiliki riwayat keguguran berulang, pasangan yang memiliki riwayat kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya, dan pasangan yang sudah berusia di atas 38 tahun.Â
PGT-A Meningkatkan Persentase Kehamilan
"PGT-A merupakan teknologi bayi tabung unggulan terbaru untuk screening kromosom pada embrio yang dimiliki untuk membantu memaksimalkan keberhasilan kehamilan dalam program bayi tabung (IVF). Teknologi ini memungkinkan proses seleksi embrio sehingga embrio yang dimasukkan ke dalam rahim merupakan embrio sehat yang mempunyai tingkat keberhasilan hamil lebih tinggi," ungkap Direktur Scientific Morula IVF Indonesia, Prof. Arief Boediono. Ph.D, di Cikang Resto, Jakarta, Senin 7 November 2022.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan pada tahun 2019 hingga September 2022 pada hampir 500 pasien, teknologi PGT-A membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen di kelompok umur 38-39 tahun dan 46 persen usia diatas 40 tahun. Pada kelompok 38-39 tahun tersebut, persentase kehamilan dengan teknologi PGT-A lebih baik 25 persen dibanding kehamilan Non PGT-A dan di usia 40 tahun ke atas, PGT-A membantu persentase kehamilan 19 persen lebih baik dari yang Non PGT-A.
Data lain dalam penelitian mengungkapkan bahwa pasien dalam rentang usia 36-44 tahun memiliki angka kromosom normal (euploid) yang jumlahnya lebih rendah dibandingkan kromosom tidak normal (aneuploid).Â
Ini menunjukkan bahwa teknologi PGT-A harus direkomendasikan pasien dalam kelompok usia tersebut agar tujuan healthy embryo – healthy baby bisa terpenuhi. Di sisi lain saat teknologi ini dapat juga mengidentifikasi embrio dengan kromosom seks yang normal atau sehat dengan mengidentifikasi kromosom 46 XX atay 46 XY, dalam bahasa awam dikenal dengan deteksi jenis kelamin yang normal.
PGT-A Mengantisipasi Timbulnya Penyakit Turunan Bayi
Kromosom yang abnormal yang terjadi pada saat proses pembentukan sel-sel telur, sperma dan saat perkembangan embrio, dapat menyebabkan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bahkan hilangnya atau penambahan DNA. Kelainan kromosom tersebut dikenal sebagai aneuploidy. Hal ini dapat menyebabkan kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan Edwards Syndrome serta 60 persen keguguran.
“Layanan kami juga sudah memperhitungkan efektivitas dari sisi biaya, yang meliputi konsultasi, USG, cek laboratorium pasangan suami istri, analisa sperma, obat stimulasi atau hormone, tindakan Ovum Pick Up (OPU), 75 persen," kata Direktur Medis Morula IVF Indonesia, Dr. dr. Arie A Polim, MSc. DMAS, Sp.OG (K) FER menambahkan.
Selain PGT-A terdapat pemeriksaan kromosom lanjutan lainnya yaitu PGT-M (Pre Implantation Genetic Testing for Monogenic / single-gene defect). Beberapa kelainan yang dapat dicegah dengan menggunakan teknologi PGT-M seperti diantaranya Thalassemia, Spinal Muscular Atropy, Cystic Fibrosis dan penyakit genetik lain yang bersifat menurun.