27 Anak Gangguan Ginjal Akut Dirawat di ICU Perlu Cuci Darah

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • Freepik/DCStudio

VIVA Lifestyle – Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. M Syahril mengungkapkan bahwa kondisi pasien gangguan ginjal akut (GGA) dapat pulih kembali. Meski begitu, Syahril tak menepis pasien anak yang dirawat di rumah sakit di ruangan perawatan intensif lantaran membutuhkan alat cuci darah.

Kementerian Kesehatan Beri Penghargaan STBM, POSS, Bandara dan Pelabuhan Terbaik

Syahril membeberkan bahwa sebanyak 27 pasien GGA harus dirawat di rumah sakit karena mengalami kondisi stadium 3. Di tahap ini, ginjal pasien sudah benar-benar menurun fungsinya sehingga sulit mengeluarkan zat-zat berbahaya di tubuh. Hal tersebut membuat ginjal pasien hanya bisa ditangani dengan cuci darah atau hemodialisa. 

"Jadi, pasien gagal ginjal akut yang di rumah sakit, itu sebagian besar di ruang ICU. Sebagian besar juga itu menggunakan hemodialisa, untuk stadium 3," ujar Syahril dalam Konferensi pers virtual Kemenkes, Senin, 7 November 2022.

Kemenkes Catat BPJS Keluarkan Dana Rp5,9 Triliun untuk Pengobatan Kanker

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Freepik

Syahril menambahkan bahwa proses cuci darah pada pasien anak berbeda dengan orang dewasa karena organnya pun tak sama. Perawatan yang diberikan harus khusus sehingga pemulihan pada pasien anak jauh lebih lama. Terlebih, pasien anak GGA yang dirawat sudah masuk ke stadium 3 yang membuat proses pemulihan semakin lama.

Dukung Akses Perawatan Ginjal Kronis, Distribusi Mesin Hemodialisis Segera Jangkau Seluruh Indonesia

"Apalagi dengan yang mungkin masuk stadium tiga, sehingga memerlukan pemulihan, memerlukan kesembuhan yang lebih lama," imbuhnya.

Saat proses hemodialisa diberikan, gejala pada pasien mungkin akan membaik. Namun, bukan berarti pasien lantas dinyatakan sembuh. Menurut Syahril, salah satu tanda pasien dinyatakan sehat yakni dengan kembalinya produksi urine, disertai pemulihan secara menyeluruh. 

"Setelah betul-betul sembuh total, tidak ada keluhan lain, tidak ada gangguan produksi urine lagi, maka itu (pasien) dapat dipulangkan," terangnya.

Diakui Syahril, GGA ini berbeda dengan kasus GGA pada umumnya. Pada GGA lain, biasanya disebabkan oleh infeksi atau penyerta lain yang membuat pasien sulit sembuh. Namun, pemulihan pasien diyakini Syahril, dapat maksimal dan sembuh total karena kondisi ginjal yang masih berfungsi baik.

"Gagal ginjal akut ini berbeda dengan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis sudah terjadi kerusakan-kerusakan ginjal yang lama sehingga tidak bisa pulih 100 persen. Gagal ginjal akut ini apalagi karena intoksikasi, apalagi racun sudah hilang, insyaallah sembuh total," tandasnya.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Freepik

Ada pun Syahril mengatakan bahwa laporan kasus gangguan ginjal akut (GGA) masih terus bertambah, termasuk pasien yang meninggal dunia. Mirisnya, kasus kematian pasien GGA pada anak ini tercatat nyaris menyentuh angka 200 jiwa di 28 provinsi di Indonesia.

Dijelaskan dr Syahril, bertambahnya kasus baru yang tercatat hingga 6 November 2022, bukan berarti kejadian baru. Laporan itu melainkan kasus yang baru saja didata dengan kejadian yang sudah terjadi pada bulan Oktober 2022 lalu.

"Masih ada 28 provinsi melaporkan dan saat ini jumlahnya ada 324 kasus. 28 provinsi tadi, dengan jumlah kasus 324 yang dirawat 27 masih di RS seluruh indonesia. Meninggal 195 dan sudah sembuh 102," ujar Syahril dalam Konferensi pers virtual Kemenkes, Senin, 7 November 2022.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya