Stok Vaksin Menipis, Ahli: Saya Tidak Tahu Benang Kusut di Kemenkes atau Pemda

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Pexels/Maksim Goncharenok

VIVA Lifestyle – Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), menyampaikan terkait cakupan vaksinasi COVID-19 di Tanah Air. Menurutnya, meski cakupan vaksin dosis pertama dan kedua cukup menggembirakan, namun tidak pada vaksin dosis ketiga atau booster

10 Cara Cerdas Menghemat Biaya Perawatan Anabul di Rumah

"Kita cukup gembira cakupan vaksin pertama sudah 87 persen, kedua 73 persen, yang jadi masalah sekarang adalah capaian dosis ketiga atau booster pertama stagnan di 27 persen. Jadi bulan lalu 27 persen koma sekian, sekarang 27,7 persen. Ini peningkatannya lambat sekali," ujarnya saat Media Breafing bersama Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), yang digelar virtual, Kamis 3 November 2022. Scroll untuk info selengkapnya.

Lebih lanjut, dokter Erlina mengimbau masyarakat agar segera menjalani vaksin booster di tengah kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi belakangan ini. Selain itu, Erlina juga mendorong pemerintah agar segera memfasilitasi vaksinasi ketiga. Pasalnya, Erlina mengungkap, dia mendapat beberapa keluhan terkait ketersediaan vaksin yang sudah banyak menipis di sentra-sentra vaksinasi. 

Angka Pneumonia Anak Masih Tinggi, Inilah Jadwal Imunisasi Terbaru dari IDAI untuk Vaksin PCV

"Tapi kita tidak tahu apakah ini menipis atau ada kesalahan di distribusi dan logistik. Dan kita tidak tahu ini benang kusutnya di mana, apakah di Kementerian Kesehatan atau di Pemerintah Daerah. Karena yang mengelola vaksin ini, yang menyediakan dan membeli memang Kementerian Kesehatan, tapi setau saya yang mendistribusikan Pemda. Jadi, ini kita secara umum mengatakan pada pemerintah 'ada masalah nih di distribusi'," kata dia. 

Ilustrasi vaksin

Photo :
  • VIVA/ David Rorimpandey
Kasus KLB Meningkat di Kalangan Anak Sekolah, IDAI Ingatkan Pentingnya Vaksinasi

Hal ini diperkuat dengan fenomena di satu tempat banyak vaksin dilaporkan expired, sementara tempat lain justru mengalami kekurangan pasokan. 

"Bahkan saya denger di beberapa Puskesmas di Jakarta sudah pasang pengumuman 'mohon maaf belum bisa melayani vaksin karena vaksinnya kosong'," ungkap dr. Erlina Burhan. 

Ketua Umum PB IDI, dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, pun tidak memungkiri hal itu. Dia menyampaikan, jika terkait Sumber Daya Manusia (SDM), IDI menyatakan sudah siap untuk membantu jalannya vaksinasi. Namun, yang jadi masalah adalah soal aksesibilitas.

"Kami sudah roadshow untuk menyampaikan ini ke beberapa wilayah dari Sabang sampai Merauke, SDM khususnya dokter, kita sudah siap untuk membantu vaksinasi. Cuma sekarang yang harus diperhatikan adalah aksesibilitas. Seperti apa? Satu, berkaitan dengan ketersediaan dan kedua distribusi," pungkasnya. 

Menurut Adib, dua kendala tersebut harus di-push. Oleh karena itu, vaksinasi yang menjadi salah satu pencegahan penting dari COVID-19, harus benar-benar diperhatikan. 

Ilustrasi vaksin COVID-19 untuk lansia.

Photo :
  • Istimewa

"Kalau kita melihat memang agak lambat ya, terkait dengan booster pertama. Saya kira ini menjadi satu perhatian. Kemarin kan diprioritaskan untuk kelompok lansia dan komorbid, tapi itu kendalanya bukan masalah edukasi atau partisipasi dari masyarakat. Kendala-kendala terutama terkait dengan masalah ketersediaan tadi," tuturnya.

"Mohon ini menjadi perhatian. Pada saat masyarakat melihat ini masih menjadi satu bagian yang sangat penting, maka tolong ini juga difasilitasi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk ketersediaan vaksin ini," tutup dr. Adib Khumaidi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya