Varian XBC Sudah Terdeteksi, Ahli Ungkap Gejala Hingga Tingkat Keparahan
- Pixabay/Tumisu
VIVA Lifestyle – Selain varian XBB, ahli mengungkapkan Omicron varian XBC juga sudah terdeteksi. Jika kasus XBB meningkat pesat di Singapura, XBC yang merupakan kombinasi dari varian Delta, dilaporkan tengah mengalami peningkatan kasus di Filipina.
Berbeda dengan XBB yang kini sudah dilaporkan di Indonesia, sejauh ini varian XBC belum masuk ke Tanah Air. Lalu, bagaimana gejala hingga tingkah keparahan dari varian XBB dan XBC ini? Yuk, scroll.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), membeberkan hingga saat ini gejala XBB dan XBC mirip dengan gejala COVID-19 Omicron pada umumnya.
"Jadi ada demam, batuk, lemas, sesak, nyeri kepala, nyeri tenggorok, pilek, mual, muntah diare," ungkapnya saat media breafing bersama Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), yang digelar virtual, Kamis 3 November 2022.
Dokter Erlina menambahkan, karena varian XBC merupakan kombinasi dari varian Delta, gejala khas dari COVID-19 varian ini, seperti anosmia (tidak bisa mencium bau) dan ageusia (tidak ada rasa), sangat mungkin terjadi.
"Tapi kita belum tahu belum ada bukti ilmiahnya, apalagi Indonesia belum ada kasusnya. Dan juga belum ada laporan ilmiah resmi yang menyatakan XBB atau XBC menyebabkan COVID dengan gejala yang lebih berat. Hingga saat ini masih mirip dengan Omicron yang lain," jelas dia.
Lebih jauh Erlina memaparkan, karena XBB merupakan turunan dari Omicron sementara XBC kombinasi dari varian Delta, maka ada hal yang perlu diwaspadai, terutama terkait antibodi.
"Jadi salah satu yang kita waspadai adalah aktivitas reaksinya terhadap antibodi, yang dikatakan punya kemampuan untuk melawan antibodi," ungkapnya.
Namun, kabar baiknya adalah, selain gejalanya yang sampai saat ini masih sama dengan varian COVID-19 lainnya dan belum ada bukti ilmiah yang lebih berat, Erlina mengungkap, obat-obat yang kita pakai saat ini, masih efektif digunakan untuk varian XBB dan XBC ini.
"Dan dikatakan juga penelitian menunjukkan bahwa dosis vaksin booster akan meningkatkan kemampuan antibodi untuk menetralisir sub turunan dari Omicron ini. Itulah salah satunya mengapa PB IDI menganjurkan booster ini untuk dipercepat," tuturnya.
Akan tetapi, karena mutasi Omicron ini masih belum bisa dihindari dan cenderung cepat menular, sebagai pencegahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyarankan agar kembali memperketat protokol kesehatan.
"Dapatkan vaksin sesuai anjuran pemerintah, pakai masker yang tepat bukan yang nyaman, yang nyaman itu biasanya yang longgar di wajah. Ayo kita kembali rajin cuci tangan dan kalau gak pakai masker, kalau batuk dan bersin ditutup mulutnya pakai tisu atau siku dan kalau ada yang bergejala segera isolasi mandiri," tutup dr. Erlina Burhan.