8 Penyebab Kerusakan Otak, Waspada Nomor 6
- U-Report
VIVA Lifestyle – Ada banyak kebiasaan yang menjadi penyebab kerusakan otak. Hal ini terkadang tanpa sadar sering dilakukan banyak orang seperti kurang tidur alias begadang. Otak adalah organ yang berada di kepala sebagai pengendali semua fungsi tubuh manusia. Otak juga membuat manusia bisa berpikir dan memecahkan masalah. Oleh sebab itu, kesehatan otak sangat penting untuk dijaga agar fungsi tubuh dapat berjalan dengan baik. Kesehatan otak yang baik membuat manusia dapat menyadari kemampuan sendiri dan mampu mengoptimalkan fungsi kognitif, emosional, psikologis, dan perilakunya. Banyak faktor sosial dan biologis yang berperan dalam perkembangan dan kesehatan otak dari pra-konsepsi hingga akhir kehidupan manusia.Â
Faktor-faktor penentu ini memengaruhi cara otak berkembang, beradaptasi, dan merespons stres serta kesulitan yang dihadapi semasa hidup. Jika tidak dijaga dengan baik, ada banyak sekali gangguan dan penyakit yang bisa berdampak buruk sehingga menyebabkan kerusakan otak. Berikut beberapa penyebab kerusakan otak yang dilansir dari berbagai sumber:
1. Merokok
Kebiasaan merokok telah terbukti dapat memicu penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer. Kebiasaan buruk tersebut juga dapat mengganggu reproduksi DNA, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terbentuknya sel kanker.
Di berhenti di situ, kebiasaan merokok pun dapat mengurangi pasokan oksigen ke otak. Hal ini bisa membuat otak ‘kesulitan bernapas’ sehingga menyebabkan gangguan fungsi.
2. Kurang Tidur
Supaya bekerja dengan optimal, otak membutuhkan waktu istirahat sekitar 8 jam. Dengan cukup istirahat, sel-sel yang rusak di otak dapat diperbarui. Selain itu, tidur cukup juga akan mengoptimalkan proses metabolisme sehingga energi tubuh akan senantiasa tercukupi.
Sebaliknya, waktu tidur yang kurang dari 8 jam sehari dihubungkan dengan percepatan kematian sel-sel penting otak. Hal ini bisa membuat Anda cepat lelah, meski hanya beraktivitas sedikit.
3. Konsumsi Alkohol
Minuman beralkohol dapat merusak organ penting di dalam tubuh, terutama sistem saraf, hati, dan jantung. Selain itu, alkohol juga dapat memengaruhi reaksi kimia yang terjadi di otak.
Sering mengonsumsi alkohol juga berakibat ‘membunuh’ neuron dan berkurangnya kecepatan transmisi impuls saraf. Lama-kelamaan, otak berisiko tinggi mengalami kerusakan.
4. Bekerja saat Sakit
Memaksa otak untuk tetap bekerja saat tubuh Anda sedang sakit dapat memperpanjang proses penyembuhan. Di saat yang sama, sistem kekebalan tubuh pun bisa sangat berkurang sehingga Anda berisiko untuk mengalami penyakit penyerta.
5. Kurangnya Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang terjaga dengan baik dapat menurunkan rasa kesepian, bahkan kecemasan. Dengan demikian, fungsi otak juga akan terjaga dengan lebih optimal. Sebaliknya, apabila kurang interaksi sosial, Anda bisa saja merasa kesepian, cemas, bahkan depresi. Hal-hal seperti ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan otak.
6. Menonton Konten Pornografi
Menyaksikan konten pornografi secara rutin dapat merusak lima bagian otak, terutama prefrontal. Kondisi ini akan berdampak pada terjadinya penurunan nilai akademik dan gangguan logika.
Selain itu, kerusakan bagian prefrontal otak akibat terlalu sering nonton konten porno juga dapat membuat Anda lebih mudah merasa tertekan. Kerusakan otak ini bahkan lebih parah dari narkoba, lho!
7. Penggunaan ganja
Sebagian orang memilih memakai ganja sebagai cara mereka untuk merasa lebih rileks, santai dan bebas dari rasa sakit. Sayangnya, ganja juga dapat memicu kerusakan memori.
Sebuah penelitian telah menemukan efek penggunaan ganja terhadap fungsi memori. Penelitian telah menunjukkan bahwa otak yang terpapar ganja pada usia muda menunjukkan beberapa dampak pada fungsi kognitif mereka di kemudian hari.
8. Konsumsi gula berlebihan
Mengonsumsi banyak kandungan gula ternyata tak hanya timbulkan obesitas tapi juga dapat mengembangkan resistensi terhadap insulin. Insulin adalah hormon yang digunakan tubuh untuk mengatur kadar gula darahnya. Itulah sebabnya mengapa insulin sangat penting bagi penderita diabetes.
Sayangnya, jika asupan gula menyebabkan perubahan kadar insulin, maka itu dapat mengubah cara sel menggunakan dan menyimpan gula. Perubahan ini akan memengaruhi bagaimana neuron bereaksi terhdap gula.