Ingin Donor Hati? Ketahui 10 Syarat Wajib dan Prosedurnya
- Pixabay/pexels
VIVA Lifestyle – Saat ini donor hati semakin banyak dilakukan oleh pendonor. Donor hati dibutuhkan ketika pasien mengalami kerusakan pada hatinya. Hati atau liver adalah organ terbesar dalam tubuh manusia yang memiliki sejumlah fungsi penting bagi sistem pencernaan tubuh Anda. Organ yang terletak pada rongga perut kanan atas ini berfungsi dalam menghasilkan cairan empedu, membantu tubuh membuang racun, hingga mengatur kadar gula darah. Donor hati adalah prosedur pengambilan sebagian dari organ hati untuk diberikan pada orang lain melalui prosedur transplantasi hati. Organ hati yang didonorkan dapat berasal dari orang yang sudah meninggal atau orang yang masih hidup.
Orang sehat bisa menjalani transplantasi hati karena adanya proses regenerasi hati yang membuat organ tubuh manusia ini bisa tumbuh kembali. Menurut penjelasan buku The Liver: Biology and Pathobiology, regenerasi hati bisa terjadi karena hepatosit, yakni sel utama yang membentuk organ hati dan memiliki kemampuan untuk menggandakan diri.
Persyaratan untuk Donor Hati
Awal mulanya, donor hati hanya bisa didapatkan dari orang yang sudah meninggal, tapi masih memiliki detak jantung. Contohnya, korban kecelakaan atau pengidap cedera kepala yang mengalami mati otak. Namun, sangat sulit untuk menemukan pendonor yang cocok dari kondisi tersebut. Ada banyak pertimbangan yang harus diupayakan, yakni mencari golongan darah yang cocok hingga kondisi kesehatan organ keseluruhan.
Karena kebutuhan organ cukup tinggi ditambah dengan masa tunggu yang lama, orang yang masih hidup kini diperbolehkan jadi pendonor. Biasanya berasal dari anggota keluarga atau pasangan. Namun, mereka juga harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya:
- Pendonor melakukannya tanpa paksaan dari pihak.
- Sudah mengetahui kemungkinan efek samping pasca prosedur.
- Berusia 19 sampai 55 tahun.
- Memiliki fungsi dan kesehatan organ hati yang baik.
- Dinyatakan sehat secara fisik dan mental.
- Tidak memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, sakit jantung dan sakit ginjal.
- Tidak memiliki riwayat penyakit menular seksual, seperti HIV/AIDS.
- Pendonor memiliki ukuran dan bobot tubuh yang sama dengan penerima. Ini dilakukan guna memastikan jika ukuran organ hati tidak jauh berbeda.
- Memiliki golongan darah dan tipe jaringan yang sama.
- Bersih dari rokok dan alkohol dalam waktu yang sudah ditentukan.
Prosedur donor hati
Sebelum prosedur berlangsung, baik pendonor atau penerima donor organ akan mendapatkan anestesi atau obat bius guna mengurangi rasa sakit selama operasi. Ahli bedah akan mengangkat sebagian hati dari donor meninggal atau hidup dengan sayatan di perut. Bagian hati yang didonorkan tergantung dari ukuran dan kebutuhan penerima.
Setelah itu, ahli bedah akan mengangkat bagian liver yang sakit dan menempatkan bagian hati sehat yang didonorkan ke dalam tubuh penerima. Selama prosedur transplantasi ini, ahli bedah juga akan menghubungkan lagi pembuluh darah dan saluran empedu ke hati yang baru. Umumnya, pendonor hati menghabiskan sekitar tujuh hari perawatan di rumah sakit.
Setelah pulang dari rumah sakit, Anda akan membutuhkan waktu pemulihan tambahan sekitar enam hingga delapan minggu. Selama masa pemulihan, dokter dapat memberikan obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan pada bekas luka sayatan. Dokter juga akan memberikan anjuran tentang perubahan gaya hidup yang perlu Anda lakukan setelah menjalani prosedur donor hati. Organ hati yang telah didonorkan biasanya akan tumbuh kembali sampai pada ukuran sebelumnya. Fungsi hati pun bisa kembali normal dalam beberapa bulan setelah operasi.
Tidak Berisiko Parah
Toar J.M Lalisang dari Departemen Medik Ilmu Bedah RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mengungkapkan, sejauh ini pendonor hati tetap sehat dan tidak mengalami komplikasi apa pun setelah sebagian hatinya didonorkan. Hati yang utuh lagi artinya hati berkembang menjadi satu hati, yang kembali seperti semula. Pendonor tak perlu takut lagi akan kehilangan sebagian hatinya atau hati tidak kembali seperti semula.
Toar menjelaskan juga bahwa tidak ada risiko parah bagi pendonor hati. Aturan menjadi pendonor hati juga ketat. Hati pendonor harus sehat, baik bagi pendonor sendiri maupun kepada resipien (penerima hati). "Mendonorkan hati ya tidak sembarangan. Hati pendonor harus tetap sehat (meski sebagian hatinya didonorkan)," tambahnya.
Toar juga mengungkap agar invidu tak perlu takut jika ingin menjadi pendonor hati. Jangka waktu hati berkembang dan kembali utuh yakni tiga bulan setelah donor hati dilakukan. "Hati Anda yang didonorkan akan kembali utuh. Jangan takut buat menjadi pendonor hati," Toar ungkap dia.