Stres Berlebihan Picu Serangan Stroke Usia Muda, Ini Anjuran Dokter

Ilustrasi wanita/marah/stres.
Sumber :
  • Freepik/wayhomestudio

VIVA Lifestyle – Stroke kerap identik sebagai penyakit usia lanjut (lansia) yang kini mulai bergeser pada generasi muda. Bahaya serangan stroke ini dipengaruhi banyak faktor, bukan saja pola makan tapi juga kesehatan mental yang buruk memicu bahaya pada kelompok usia produktif.

Joglo Lawas Jadi Saksi Inspirasi Kebangkitan Penyintas Stroke

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi stroke di Indonesia meningkat sekitar 56 persen dalam 5 tahun dari 0,7 persen (2013) menjadi 1,09 persen (2018). Dari data tersebut, hanya sekitar 39,4 persen pasien stroke yang melakukan kontrol rutin ke dokter.

“Stroke ini bukan hanya diobati di rumah sakit, tapi pencegahannya juga harus di sosialisasikan ke masyarakat, salah satunya dengan menggiatkan skrining kesehatan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan pers Kementerian Kesehatan.

Simpang Siur Istri Pak Tarno, Benarkah Ada 10?

Ilustrasi serangan jantung/stroke.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Menkes menjelaskan skrining kesehatan sangat penting dilakukan untuk memantau faktor risiko penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, stroke, kanker, ginjal sejak dini, sehingga apabila ditemukan adanya penyakit bisa segera ditangani. Tak terkecuali faktor risiko turut mengintai pada kelompok generasi muda yang cenderung mengalami stres berlebihan.

Profil Pak Tarno: Dulu Pesulap Terkenal, Kini Jualan Ikan Cupang di Pinggir Jalan

"Ya betul. Stres emosional mempengaruhi atau jadi faktor risiko terjadinya kardio atau serebrovaskular event. Karena saat stres, ada beberapa hormon naik, sistem adrenalin salah satunya jadi aktif. Begitu teraktivasi, tekanan darah jadi meningkat dan laju nadi cepat," tambah Dokter spesialis saraf konsultan neurodegeneratif dr. Dyah Tunjungsari, SpN (K) dari Rumah Sakit Pondok Indah,

Dalam jangka panjang, kata dokter Dyah, hormon pada stres akan sebabkan perubahan pembuluh darah di berbagai tempat. Tak heran, tempat organ vital seperti jantung dan otak pun terdampak yang berisiko munculnya hambatan peredaran darah dan memperbesar risiko stroke.

"Sehingga stres emosional atau karena yang lain, bisa jadi salah satu risiko stroke," imbuh dokter Dyah.

Untuk mengatasi stres, dokter Dyah menganjurkan agar tiap orang memahami dahulu faktor risiko yang memicunya dengan identifikasi masalah. Setelahnya, bisa deteksi jenis stresor yang bisa diubah atau modifikasi dan yang tak bisa diubah. Jika perlu, konsultasi ke psikologi penting dalam mencegah munculnya stroke usia muda ini.

Stroke

Photo :
  • Times of India

"Misal tadi masalah tempat kerja, secara umum jika suasana bekerja ada hal-hal yang memicu stres, bisa diubah," jelasnya.

Selain itu, dituturkan dokter spesialis saraf konsultan neurodegeneratif dr. Dyah Tunjungsari, SpN (K) dari Rumah Sakit Pondok Indah, usia muda saat ini memiliki gaya hidup berbeda dengan generasi sebelumnya. Anak muda kekinian kerap mengonsumsi pangan tinggi lemak dan garam sehingga mengalami kondisi tekanan darah tinggi (hipertensi) serta kolesterol tinggi (dislipidemia) yang merupakan salah satu risiko pada pembuluh darah.

"Kalau stroke di usia muda ini, salah satu hipotesisnya adalah karena berbagai macam risiko vaskular yang menjadi faktor risiko stroke mulai bergeser," ujarnya dalam media virtual RSPI bertajuk Transcranial Magnetic Stimulation (TMS).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya