Sebabkan Lonjakan di Singapura, Ada 4 Kasus Omicron XBB di Indonesia
- ANTARA/Shutterstock
VIVA Lifestyle - Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengumumkan tiga kasus baru subvarian Omicron XBB di Indonesia. Dengan begitu, total kasus mutasi COVID-19 ini berjumlah 4 orang, setelah sebelumnya terdeteksi 1 di Surabaya.Â
Diketahui, Omicron varian XBB ini sudah dilaporkan di 26 negara. Salah satunya Singapura, di mana terdapat rata-rata 6-8 ribu kasus per hari. Scroll untuk info selengkapnya.Â
"Di Indonesia hingga Selasa 25 Oktober kemarin, tercatat penambahan 3 kasus XBB di Indonesia. Ketiganya merupakan transimi lokal. Sebelumnya, ada satu dari Jawa Timur atau Surabaya," kata Jubir Kemenkes itu saat konferensi pers, Rabu 26 Oktober 2022.Â
Syahril lebih lanjut memaparkan, 4 pasien tersebut hanya bergejala ringan, seperti batuk dan pilek. Dan kini, pasien-pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh.Â
"Gejalanya ringan batuk dan pilek, dan saat ini berarti kita di Indonesia ada 4 kasus konfirmasi. Tapi semuanya sudah sembuh dan kemarin melalui isolasi mandiri dan tidak ada yang dirawat," ungkapnya.Â
Tidak dipungkiri, Syahril mengatakan varian XBB ini menyebabkan lonjakan kasus yang tajam di Singapura, yang diiringi dengan tren peningkatan perawatan di rumah sakit. Tidak hanya itu, menurutnya varian ini juga cepat menular.Â
"Dikatakan setiap sub varian baru ini cepat menular namun vatalitasnya atau kematiannya tidak lebih parah dari varian Omicron," pungkasnya.Â
"Jadi, kami tegaskan sub varian XBB ini memang dia cepat menular seperti halnya sub varian Omicron yang lalu BA4 dibanding Omicron sebelumnya. Hanya tingkat vatalitas maupun angka kesakitan masuk rumah sakit tidak terlalu tinggi," sambung dia.Â
Namun seperti dikatakan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, gejala dari varian XBB ini tidak terlampau berat.Â
"Sebagaimana dikatakan juga oleh Dirjen WHO bahwasanya XBB ini dilaporkan gejalanya tidak terlalu berat, angka kesakitan di rumah sakit juga tidak terlalu banyak, angka kematiannya juga sangat rendah," imbuh Mohammad Syahril.Â