Jangan Asal Konsumsi Obat Alergi, Dokter Ingatkan Bahaya Keropos Tulang

Ilustrasi Osteoporosis
Sumber :
  • healthshots

VIVA Lifestyle  – Bak dua mata pisau, obat yang dikonsumsi dapat memberi kesembuhan atau justru memicu dampak berbahaya bagi setiap orang. Tak terkecuali konsumsi sejumlah jenis obat yang berlebihan dapat mengakibatkan dampak osteoporosis hingga patah tulang.

Pembunuh Wanita Tanpa Kepala Kupas Kulit Telunjuk dan Jempol Korban, Apa Alasannya?

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti menuturkan bahwa setiap tiga detik sekali cenderung terjadi patah tulang di Indonesia. Hal itu ditengarai oleh osteoporosis yang dibiarkan terjadi berlarut-larut tanpa disadari.

Meski tanpa gejala, sebenarnya osteoporosis dapat dikenali melalui faktor risiko yang mengintai. Ada dua jenis faktor risiki yaitu yang dapat dimodifikasi dan tak bisa dimodifikasi. Pada faktor ras, usia, genetik, dan gangguan hormonal termasuk dalam hal yang tak bisa diubah.

Wanita Jatuh dari Lantai 30 Apartemen Tangerang, Kakinya Putus

"Pada genetik tertentu mungkin ada yang lebih bermasalah. Pada gender, wanita juga lebih berisiko osteoporosis melihat perbandingan risikonya, wanita 1 per 3 dibanding laki-laki 1 per 5," ujar Eva, dalam acara virtual Ayo Tingkatkan Kesehatan Tulang, Cegah Osteoporosis, Kamis 20 Oktober 2022.

Penyakit osteoporosis.

Photo :
  • U-Report
Ariel Tatum Ungkap Sulit jadi Perempuan di Era Ini: Dituntut Untuk Menikah, dan...

Sementara pada faktor risiko yang dapat diubah seperti gaya hidup dengan asupan tinggi kalsium dan vitamin D mampu mencegahnya. Hal itu bisa didapat dari pola makan yang baik serta paparan sinar matahari secukupnya.

"Paparan matahari dan mobilitas harus cukup untuk cegah osteoporosis. Jangan juga gunakan obat tertentu untuk jangka lama," kata dia.

Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) dr Bagus Putu Putra Suryana SpPD-KR mengatakan bahwa obat yang dimaksud adalah jenis kortikosteroid. Obat ini biasanya ada pada penanganan untuk alergi dan autoimun. Menurut Bagus, bukan berarti tak boleh mengonsumsinya tapi harus sesuai konsultasi dokter agar tepat untuk kebutuhan tubuh.

"Banyak pasien konsumsi kortikosteroid seperti pada autoimun dan alergi. Ini obat yang harus didaftarkan dengan resep tapi dapat dibeli mudah dan harganya murah. Jadi mereka konsumsi tanpa instruksi dokter. Konsumsi berlebihan ini yqng timbun risiko osteporosis," tuturnya.

Lebih dalam, obat kortikosteroid tersebut dapat menekan sel-sel tulang sehingga mengalami kerusakan dengan cepat. Jenis lainnya, kata dokter Bagus, mencakup obat glukokortikosteroid untuk rematik yang dikonsumsi berlebihan.

"Kalau dokter, dia tahu anjurannya. Kalau beli bebas, ini yang sebabkan konsumsi berlebihan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya