Berkaca Kasus Angelina Jolie, Wamenkes Dante Imbau Deteksi Dini Penyakit Katastropik
- Tangkapan layar Youtube
VIVA Lifestyle – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menuturkan bahwa penyakit katastropik merupakan salah satu yang tertinggi dialami masyarakat Indonesia. Untuk itu, butuh pencegahan sejak dini dengan cara tepat yang bisa dilakukan dengan memetakan genetik seseorang terhadap faktor risiko komplikasi penyakit.
Penyakit katastropik termasuk dalam kategori kondisi parah yang membutuhkan perawatan, baik itu rawat inap maupun perawatan pemulihan yang berkepanjangan. Penyakit yang termasuk dalam pengelompokan katastropik pada Program JKN, antara lain penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, sirosis hati, thalasemia, leukimia dan hemofilia.Â
Untuk itu, Wamenkes Dante melakukan penelitian terkait Kedokteran Presisi agar mencegah timbulnya dampak penyakit tersebut. Hal itu diungkap dalam pidato pengukuhan bertajuk Kedokteran Presisi Sebagai Masa Depan Layanan Kedokteran di Indonesia: Fokus pada Diabetes Melitus dan Kelainan Tiroid.
"Masih banyak sekali penyakit yang belum terkuak di Indonesia. Dan masih merupakan penyakit katastropik yang tertinggi," ujar Dante dalam acara Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Sabtu 22 Oktober 2022.
Menurut Wamenkes Dante, salah satu cara menekan penyakit katastropik dengan memetakan genetik pada tubuh pasien. Dari cara ini, maka faktor risiko kanker atau penyakit tidak menular lainnya dapat dideteksi sejak dini. Atas hal itu, Wamenkes Dante mencontohkan pada kasus Angelina Jolie.
"Kalau pernah dengar cerita Angelina Jolie yang kemudian diangkat payudaranya karena pada squencing DNA-nya, pemeriksaan precision medicine, ditemukan bukti bahwa dia mengandung gen kanker payudara. Sehingga dia melakukan mastektomi. Model-model seperti itu yang akan dikembangkan di Indonesia untuk berbagai penyakit katastropik," beber Dante.
Penyakit lain yang bisa dideteksi dari genetik ini pun cukup banyak. Dante menyebutkan beberapa penyakit yang berakibat fatal seperti jantung, penyakit pada anak, hingga infertilitas yang bisa dideteksi di masa depan. Pun, pada diabetes akan bermanfaat baik dalam mencegah komplikasi yang menyulitkan pasien.
"Pada bidang diabetes, komplikasi diabetes, berapa sih orang yang akan jadi stroke pada diabetes. Berapa sih orang yang jadi cuci darah pada diabetes. Bagaimana karakter orang yang akan sakit jantung karena diabetes. Itu nanti akan dipetakan secara genetik dan dipilah satu per satu," tambahnya.
Dante melanjutkan bahwa pola genetik tertentu tersebut akan mengarah ada pengobatan yang spesifik sehingga pasien bisa terbebas dari komplikasi berbahaya. Hal ini pun membuat angka harapan hidup lebih tinggi serta meringankan biaya pengobatan pasien.
"Dengan kedokteran presisi, diharapkan angka harapan hidup jadi lebih meningkat di Indonesia dan pengobatan lebih murah. Tidak semua obat diberikan, obatnya dipilih berdasarkan karakter genetika sehingga pengobatan lebih murah dan pengobatan lebih baik," tandasnya.