Kasus Gangguan Ginjal Akut Capai 241, RSCM Penuh
- Freepik/DCStudio
VIVA Lifestyle – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa dampak meluasnya kasus gangguan ginjal akut mulai terasa di fasilitas kesehatan. Menkes Budi tak menampik bahwa pasien mulai berdatangan dan memberi tekanan pada rumah sakit, khususnya RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang memiliki bagian khusus ginjal.
"Naiknya (kasus) pesat sekali, dan pressure ke rumah sakit sudah terasa," ujar Menkes Budi dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Jumat 21 Oktober 2022.
Menkes Budi menyebutkan bahwa RSCM menjadi rujukan nasional, termasuk untuk kasus gangguan ginjal akut ini. Terlebih, RSCM memiliki divisi khusus ginjal dengan dokter spesialis yang dapat menangani pasien. Namun rupanya, ruang perawatan pun sudah mulai penuh.
"Jadi rumah sakit... (pasien) ke RSCM Jakarta mulai penuh, ICU-nya, untuk anak-anak tuh," kata Menkes Budi.
Lebih dalam, Menkes Budi menjabarkan bahwa kasus gangguan ginjal akut tersebut menyerang anak terutama dengan usia bawah 5 tahun. Gejalanya pun terbilang tidak khas dimulai dengan demam lalu kehilangan nafsu makan. Setelahnya, baru merujuk ke gangguan ginjal seperti buang air kecil sedikit (oliguria) atau bahkan tidak sama sekali (anuria)
"Kita lihat yang masuk RS cepat sekali kondisinya memburuk sesudah lima hari urine menurun secara drastis," jelas Menkes.
Menkes Budi menyebutkan bahwa kasus gangguan ginjal akut ini mulai melonjak di bulan Agustus. Bersamaan dengan itu, kasus kematian balita di Gambia mencuat di awal Oktober dan sudah diselidiki oleh peneliti WHO, di mana penyebabnya dikaitkan dengan dua zat kimia yakni EG dan DEG.
"Begitu kita lihat, kita cek balik ke anak-anak yang kena, ada nggak zat-zat senyawa tersebut. Tesnya namanya toksikologi," kata Menkes Budi.
"Konfirm bahwa ini disebabkan senyawa kimia ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE)," tambah Menkes Budi.
Menkes Budi menjelaskan, 7 dari 11 pasien gangguan ginjal akut di RSCM positif memiliki senyawa kimia berbahaya etilen glikol dan dietilen glikol. Selain itu, 50 persen kasus gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak di Indonesia itu disebabkan oleh senyawa kimia berbahaya EG dan DEG.
"Kita langsung cek etilen glikol, dietilen glikol itu kalau masuk ke tubuh kita kan mengubah senyawa kimia tadi menjadi asam oksalat, kalau masuk ginjal bisa menjadi kristal-kristal kecil yang sangat tajam, sehingga jika ada di balita kita ya rusak ginjalnya," ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, langkah konservatif yang dilakukan pihaknya adalah melarang penjualan obat - obat yang mungkin mengandung senyawa kimia berbahaya DEG dan EG untuk menghindari risiko kasus kematian terus bertambah.