Terkait Gagal Ginjal Akut, BPOM Diminta Teliti Kadar Etilen Glikol pada Kemasan Pangan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Penny K Lukito.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

VIVA Lifestyle – Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan penelitian ulang terhadap semua kemasan pangan yang menggunakan bahan etilen glikol dalam proses pembuatannya termasuk kemasan galon PET. 

Haru! Paula Verhoeven Izin Pamit Sementara ke Anak

Hal itu dipicu peristiwa meninggalnya sejumlah anak di Gambia, Afrika Barat, yang diduga mengalami gagal ginjal akut misterius akibat mengonsumsi obat batuk yang mengandung dietilen glikol dan etilen glikol. Scroll untuk informasi selengkapnya.

“Terhadap kemasan pangan yang berpotensi mengandung etilen glikol, karena itu bisa menyebabkan bahaya kesehatan pada anak-anak seperti yang terjadi di Gambia, BPOM perlu melakukan suatu kajian atau penelitian lagi untuk mengetahui kadar etilen glikol di dalam produknya,” ujar Rahmad dalam keterangannya, Selasa 18 Oktober 2022. 

Dijalankan Januari 2025, Anggaran Program Makan Bergizi Gratis Rp 15.000 per Anak

Menurutnya, penelitian terhadap kemasan pangan yang mengandung etilen glikol ini sangat diperlukan meskipun sudah diberikan izin edar mengingat terus berkembangnya ilmu pengetahuan. 

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • Pexels/miroshnichenko
Polisi Cek Kondisi Anak 9 Tahun Usai Dianiaya dan Dipaksa Minum Miras oleh 4 Pria di Tangerang

"Data-data empiris harus dilakukan termasuk penyebab anak-anak kita yang tengah mengalami gangguan penyakit ginjal akut. Jadi, saya kira hal-hal yang menyangkut itu tidak salah BPOM melakukan satu kajian yang melibatkan peneliti dari universitas yang sangat berkompeten,” tukasnya. 

Hanya, Rahmad meminta agar masyarakat tidak terlalu panik dengan adanya kejadian di Gambia. Karena, menurutnya, ada batas-batas zat berbahaya dalam produk pangan itu yang bisa ditoleransi. 

"Tapi, saya mendorong agar tetap dilakukan penelitian terhadap kemasan-kemasan pangan yang mengandung etilen glikol sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi potensi-potensi yang tidak diinginkan seperti kejadian di Gambia itu terjadi di Indonesia,” katanya.

Pakar polimer Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahmad Zainal Abidin mengutarakan kemasan air minum sekali pakai seperti air kemasan galon sekali pakai yang berbahan PET (Polietilen Tereftalat), dalam pembuatannya menggunakan etilena glikol yang kalau dikonsumsi melebihi dosis maksimal yang diizinkan bisa menyerang sistem saraf pusat, jantung dan ginjal serta dapat bersifat fatal jika tidak segera ditangani. 

Ilustrasi minum dari botol plastik.

Photo :
  • U-Report

Seperti diketahui, etilen glikol cukup beracun dengan LDLO 786 mg/kg berat badan bagi manusia. Bahaya utamanya terletak pada rasa senyawa ini yang manis. Sebab itu, anak-anak dan hewan sering tak sengaja mengonsumsinya melebihi dosis maksimal yang diperbolehkan. 

BPOM telah resmi melarang penggunaan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dalam semua jenis obat sirup di Indonesia. Bahan ini dicurigai sebagai penyebab kematian anak di Gambia, Afrika.

"Untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG)," ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito dalam pernyataan resminya. 

Dia mengatakan, saat ini di luar sirup, BPOM juga tengah menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG pada bahan lain sebagai zat pelarut tambahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya