Ada 49 Kasus Gagal Ginjal Misterius di DKI, Waspada Jika Anak Demam Lebih 3 Hari
- freepik/lifeforstock
VIVA Lifestyle – Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat adanya tambahan kasus gagal ginjal akut misterius. Dengan perhitungan sejak Januari 2022 hingga hari ini, 18 Oktober 2022, total tercatat sebanyak 49 kasus pada anak dengan diagnosis penyakit yang belum diketahui penyebabnya.
"Bagaimana kondisinya di Jakarta, saat ini sudah ada 49 kasus per pagi ini tapi ini akumulasi dari Januari 2022," tutur Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, dr Ngabila Salama, MKM, dalam siaran langsung di Instagram Dinkes DKI. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Lebih dalam, berbagai dugaan faktor penyebab gagal ginjal akut tersebut masih diselidiki oleh banyak pakar, mulai dari bakteri, virus, jamur, dan lainnya. Akan tetapi, belum ada kejelasan pasti dari penyebab munculnya kasus gagal ginjal akut tersebut.
"Penyebabnya pastinya belum diketahui. Tapi ada beberapa hipotesis ataupun dugaan penyebab, baik itu secara infeksi. Kejadian ini itu ada kenaikan kasus yang cukup signifikan di bulan Agustus," terangnya.
Dokter Ngabila menjabarkan bahwa di bulan Agustus terus-menerus bertambah laporan kasusnya hingga terjadi lonjakan di bulan September 2022. Hal itu membuat para pakar sempat mengaitkannya dengan COVID-19 dan penyakit lain namun hasilnya nihil.
"Itu mulai ada 2 kasus, 2 kasus, tapi memang ada lonjakan di bulan Agustus sekitar 10 kasus. Di situlah karena ada kenaikan kasus lebih dari dua kali tentunya kita harus melihat lebih lanjut. Apakah ini ada hubungannya dengan long COVID pada anak, MISC, atau infeksi bakteri virus lain, dan sebagainya," jelasnya.
Ada pun kasus didominasi oleh anak balita dengan gejala awal di sistem pencernaannya. Meski sebagian kecil lainnya pasien mengeluhkan gejala ringan berupa batuk dan pilek yang membuatnya sulit dideteksi di awal.
"Itu gejala awalnya 40 persen saluran pencernaan bisa nyeri perut mual muntah diare atau mencret, tetapi banyak juga yang batuk pilek saja atau demam," imbuhnya.
Untuk itu, dokter Ngabila menegaskan agar orangtua bisa mengenali gejalanya sejak awal dengan memantau intensitas buang air kecil pada anak. Apabila mulai jarang dan urine yang diproduksi hanya sedikit, sebaiknya segera ke dokter untuk diperiksa.
Sama halnya dengan anak yang mengalami demam berkepanjangan hingga 3 hari lamanya sejak awal keluhan muncul, untuk memeriksakan ke dokter. Deteksi gejala yang terlambat membuat kondisi anak sudah semakin parah sehingga sulit ditangani, maka orangtua tak boleh anggap sepele gejala-gejala tersebut.
"Jadi red flag-nya, batas kita harus waspada dan hati-hati kalau ada gangguan ginjal ini kencingnya berkurang. Kalau sudah bengkak badan, penurunan kesadaran, itu sudah terlambat," pungkasnya.