Penderita Diabetes, Waspadai Bahaya Kebutaan Bila Timbul Tanda Ini
- Times of India
VIVA Lifestyle – Tak dipungkiri, dampak penyakit berbahaya bisa berasal dari kondisi diabetes yang tak terkontrol dalam waktu lama. Meski kerap disepelekan, rupanya tanda munculnya penurunan penglihatan pada kontras warna bisa berdampal pada kebutaan bagi diabetisi dengan kondisi gula darah yang melonjak secara terus menerus.
Dokter Spesialis Mata Konsultan Dr. dr. Gitalisa Andayani, Sp.M(K), mengatakan bahwa Indonesia saat ini menempati peringkat 5 dunia dengan penderita diabetes terbanyak. Yuk scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Dampak dari diabetes ini bisa mengarah pada gangguan penglihatan, yang mengacu pada kondisi DME (Diabetik Macular Edema) serta Retinopati diabetik (DR).
Pada penderita diabetes, terlalu banyak gula darah dapat merusak pembuluh darah kecil di dinding belakang bagian dalam mata (retina) atau bisa saja menyumbat pembuluh darah secara keseluruhan. Hal itu yang lambat laun menimbulkan DR dan DME.
"Penderita diabetes tipe 1 dan 2 berisiko menderita DME dan kehilangan penglihatan. 43 persen pasien diabetes ini memiliki risiko untuk menderita diabetik retinopati dan 26 persen diantaranya juga memiliki risiko kehilangan pengelihatan. DME merupakan salah satu penyakit mata yang perlu dicegah dengan cara mendapatkan pengobatan sedini mungkin," tutur dokter Gita dalam konferensi pers virtual.
DME merupakan suatu penyakit berupa penebalan atau edema yang berisi cairan dan konstituen plasma di lapisan outer plexiform retina. Sementara DR disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah pada jaringan di belakang mata (retina).
“DME secara umum diakibatkan oleh keadaan hiperglikemia pada pembuluh darah retina yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama pada penderita retinopati diabetik. DME sendiri merupakan salah satu gangguan penglihatan berat yang kerap terjadi pada usia produktif (di bawah 50 tahun)," jelasnya.
Pada akhirnya, kata dokter Gita, DME mampu menyebabkan hilangnya produktivitas hingga pendapatan.
Secara sosial pun, DME akan mempengaruhi hubungan dengan keluarga, komunitas, bahkan dengan masyarakat secara luas, sehingga tak jarang penderitanya mengalami stress.
Lantas, gejala seperti apa yang perlu dikenali sebelum berdampak pada kebutaan?
"Gejala awal DME, jelasnya, biasanya diawali dengan penglihatan yang mulai kabur, lalu hilangnya warna kontras yang bisa dikenali mata, sampai akhirnya timbul titik buta," jelasnya.
Maka, perlu kita pahami apa saja faktor risikonya. Beberapa faktor risiko DME seperti menderita Diabetes Melitus (DM) dalam waktu yang sudah panjang, memiliki riwayat hipertensi dan hiperkolesterol, obesitas, serta tidak mampu mengontrol gula darah.
Selain itu, sangat perlu melakukan skrining DME, apalagi mereka yang sudah memiliki riwayat Diabetes. Bagi pasien dengan DM tipe 1 direkomendasikan untuk melakukan skrining 3-5 tahun setelah terdiagnosis DM.
Untuk DM tipe 2 perlu dilakukan skrining segera setelah terdiagnosis DM, lalu kemudian dianjurkan untuk melakukan skrining ulang setiap tahunnya.
“Kemudian diagnosis DME ditegakkan setelah ditemukan adanya penurunan tajam penglihatan, gambaran khas pada makula dengan pemeriksaan funduskopi dan adanya penebalan makula yang disertai dengan ditemukannya gambaran penebalan makula pada Optical Coherence Tomography (OCT),” tambahnya.
“Terkait perkembangan penyakit, pasien Diabetes Melitus bisa mengalami perkembangan penyakit retina dimulai dari NPDR (Non-Prolifereative Diabetic Retinopathy) dari ringan hingga berat. Kemudian dapat berkembang menjadi PDR (Proliverative Diabetic Retinopathy) awal, risiko tinggi dan tingkat lanjut. Dalam setiap tahapan tersebut dapat berubah menjadi DME jika kelainan terjadi pada makula dan jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kebutaan,” jelasnya.