Dokter Ungkap Kasus Kebutaan di Indonesia Tertinggi di ASEAN

Ilustrasi mata.
Sumber :
  • pixabay

VIVA Lifestyle – Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) melaporkan bahwa kasus gangguan penglihatan di Indonesia dialami oleh 80 persen masyarakat dengan berbagai usia. Bahkan, kasus kebutaan di RI menjadi yang tertinggi di antara negara ASEAN lainnya.

5 Tanda Kerusakan Ginjal Bisa Dilihat pada Malam Hari, Ada di Wajah dan Mata!

Hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) diungkap oleh perhimpunan dokter spesialis mata tersebut. Pada dasarnya, sebesar 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan di Indonesia. Namun, 1,6 juta di antaranya mengalami kebutaan serta 6,4 juta menderita gangguan penglihatan sedang dan berat. Scroll untuk informasi selengkapnya.

"Kita masih memiliki 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Penyebab kebutaan disampaikan bahwa paling tinggi adalah katarak, (diikuti) kelainan refraksi, glaukoma, dan retinopathy diabetic (penyakit mata diabetik)," ujar Dokter Spesialis Mata, Yeni Dwi Lestari, dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan RI, baru-baru ini.

Panduan Menjaga Kesehatan Mata bagi Pengguna Gadget

Lebih dalam, data RAAB dan Balitbangkes di 15 provinsi mengungkapkan angka kebutaan tersebut mencapai 3 persen. Mirisnya, kasus kebutaan tersebut paling utama disebabkan oleh katarak sebesar 81 persen.

Ilustrasi mata.

Photo :
  • Freepik/javi_indy
Bersifat Kronis dan Risiko Tak Bisa Disembuhkan, Glaukoma Ancam Kualitas Hidup Penyandangnya

"Angka kebutaan yang mencapai 3 persen ini, Indonesia merupakan negara dengan angka kebutaan tertinggi di Southeast Asia Region," kata 

Tak dipungkiri, gangguan penglihatan memang muncul seiring bertambahnya usia disertai faktor lain. Yeni khawatir, kondisi ini dapat memicu kasus katarak melonjak hingga meluas dan sulit ditangani.

"Kalau tidak diantisipasi dan tidak dicanangkan suatu program untuk menanggulangi katarak, maka akan diprediksi kebutaan pasti akan meningkat dan bisa menjadi tsunami katarak," ujar Yeni.

Kendati begitu, Yeni berharap bahwa semakin banyaknya demografi usia remaja, maka gangguan penglihatan dapat dicegah sejak dini. Dengan begitu, katarak dapat dihindari dan kebutaan pun tak akan terjadi.

"Dengan adanya pola demografi Indonesia yang seperti ini, maka diprediksi tantangan kita akan meningkat. Kasus katarak akan sangat meningkat di mana (penyakit ini) dihubungkan dengan peningkatan usia," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya