5 Manfaat Daun Jelatang, Dahulu Digunakan di Mesir Kuno
- Wikipedia
VIVA Lifestyle – Manfaat daun jelatang diperoleh setelah bagian ini diolah bersama batang dan akarnya menjadi obat herbal. Urtica dioica atau yang biasa dikenal dengan daun jelatang kerap kali nampak sebagai gulma di pekarangan. Meskipun demikian, daun yang memiliki tekstur tajam di sisinya ini dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit. Sebelum pengobatan modern mulai berkembang, orang-orang pada zaman dahulu memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai pengobatan alami. Khasiat obat-obatan alami bisa jadi sama ampuh dengan obat-obatan modern, lho. Salah satu tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk obat alami yaitu daun jelatang. Daun jelatang atau Urtica dioca telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional sejak dahulu kala. Orang Mesir kuno menggunakan olahan daun ini untuk mengatasi radang sendi dan nyeri punggung. Selain dimasak, daun jelatang juga banyak diolah menjadi berbagai produk, misalnya krim atau salep oles untuk kulit, minyak esensial, suplemen, dan teh.
Daun jelatang memiliki bentuk lebar di bagian tengah dengan rambut halus di permukaannya. Apabila tersentuh kulit, daun ini dapat menimbulkan rasa perih, panas, gatal, kemerahan, bahkan bengkak. Namun, jika sudah dikeringkan atau dimasak, daun ini bisa dikonsumsi dan memiliki banyak manfaat kesehatan. Berikut manfaat daun jelatang yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Mengontrol kadar gula darah
Daun jelatang mengandung senyawa UD-1 yang menyerupai hormon insulin dalam tubuh. Oleh karena itu, daun jelatang memiliki potensi untuk mengontrol kadar gula darah pada kondisi diabetes. Namun, diperlukan studi lebih lanjut untuk membuktikan efektivitasnya sebagai pengobatan penyakit diabetes.
2. Mengobati gejala pembesaran prostat
Pembesaran prostat merupakan kondisi yang umum dialami oleh pria di atas usia 51 tahun. Prostat yang membesar bisa menekan saluran kemih sehingga, menyebabkan penderitanya kesulitan buang air kecil.
Menurut sebuah penelitian, daun jelatang dapat mengurangi ukuran prostat yang membesar dengan cara menekan produksi hormon dihidrotestosterone dalam tubuh, yang menjadi penyebab prostat membesar. Sayangnya, manfaat ini baru dibuktikan pada hewan.
3. Menurunkan tekanan darah tinggi
Daun jelatang mengandung oksida nitrat yang bertindak sebagai vasodilator. Senyawa ini dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena kemampuannya yang dapat merilekskan otot-otot pembuluh darah dan memperlancar aliran darah.
Namun, studi yang meneliti hal ini masih dilakukan pada hewan. Penelitian lebih lanjut terhadap manusia masih harus dilakukan untuk membuktikan khasiatnya.
4. Mengobati radang sendi
Daun jelatang telah lama digunakan untuk mengurangi gejala radang sendi dan meredakan nyeri otot. Untuk memperoleh manfaatnya, Anda bisa mengoleskan salep dengan kandungan daun jelatang ke bagian tubuh yang mengalami nyeri sendi atau otot.
Sebuah penelitian dalam Journal of Rheumatology menunjukkan bahwa minum ekstrak daun jelatang bisa membantu mengatasi rematik. Ini karena jelatang berfungsi sebagai antiperadangan dalam tubuh. Selain itu, jelatang yang sudah direndam dan direbus juga bisa langsung dioleskan pada sendi Anda yang terasa nyeri. Terutama di lutut, punggung, pinggul, dan tangan.
5. Mengurangi gejala alergi
Konsumsi teh dengan kandungan daun jelatang juga dipercaya efektif untuk mengurangi gejala alergi. Hal ini karena daun jelatang dapat menekan efek histamin yang diproduksi tubuh sebagai reaksi terhadap penyebab alergi (alergen). Selain manfaat di atas, daun jelatang juga memiliki manfaat lain, seperti membuat rambut lebih sehat, mendukung kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, mencegah batu ginjal, dan menguatkan tulang.
Meski daun jelatang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, hindari konsumsi daun ini atau olahannya apabila sedang menggunakan obat pengencer darah, obat diuretik, obat diabetes, dan obat lithium. Hal ini penting untuk Anda perhatikan guna mencegah munculnya interaksi obat. Selain itu, ibu hamil juga perlu menghindari konsumsi daun ini karena dapat memicu kontraksi rahim yang dapat meningkatkan risiko keguguran.