Awas, 50% Penderita Penyakit Jantung Bawaan Meninggal di Bulan Pertama

Ilustrasi bayi
Sumber :
  • pixabay

VIVA Lifestyle – Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan struktur jantung yang ditemukan sejak lahir akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Oktavia Lilyasari, SpJP (K), FIHA mengungkap bahwa insiden PJB ini terjadi pada 8-10/1000 kelahiran hidup.

Mengenal Hernia Inguinal Umum Terjadi pada Bayi Laki-laki, Tak Bisa Sembuh Sendiri Perlu Tindakan Operasi

Selain itu, diungkap oleh Oktavia, PJB, 30 persen ditemukan pada bulan pertama kehidupan dan 50 persen meninggal pada bulan pertama kehidupan. Scroll untuk informasi selengkapnya.

"Masalah di negara berkembang, 85,1 persen PJB mengalami keterlambatan diagnosis," kata dia, Kamis 22 September 2022.

Dianggap Berisiko! 6 Kondisi Kehamilan Ini Disarankan Periksa ke Konsultan Fetomaternal, Apa Itu?

Di Indonesia sendiri, Oktavia menjelaskan bahwa PJB berkontribusi pada angka kematian bayi yang tinggi di Indonesia. Yaitu ada sebanyak 80 ribu bayi lahir dengan PJB per tahun di Indonesia.

Ilustrasi bayi menangis.

Photo :
  • Pixabay/ joffi
Netizen Mulai Ragukan Bayi Rauf Tertukar

"1 dari 4 bayi atau 25 persen bayi dengan PJB kritis. Di RS Jantung Harapan kita, bisa dilihat peningkatan angka rujukan neonatus (bayi baru lahir) dirujuk dengan PJB kritis ke rumah sakit jantung," ungkap dia.

Lebih lanjut Oktavia mengatakan, ada beberapa faktor risiko bayi yang lahir dengan PJB, mulai dari kelainan gen, riwayat keluarga dengan PJB, dan sindroma. Selain itu, ibu yang mengandung memiliki penyakit rubella, CMV, toxoplasma, diabetes hingga sering menggunakan obat yang tidak direkomendasikan dokter selama kehamilan.

"Pola kebiasaan ibu, minum, merokok, hingga eksposure radiasi (juga menjadi faktor risiko)," ujar dia.

Sementara itu, untuk mengenali PJB, Oktavia menjelaskan, bisa dilihat dari gejalanya dengan pemeriksaan fisik dari kadar oksigen dari wajahnya dan bising jantung. Selain itu, bisa melalui pemeriksaan penunjang seperti rekam listrik jantung (EKG), rontgen dada, dan ultrasonografi jantung (ekokardiografi) hingga pemeriksaan penunjang lanjut seperti kateterisasai jantung, MSCT, dan MRI Kardiak.

Ilustrasi ayah dan bayi.

Photo :
  • U-Report

Untuk gejala sendiri bisa dilihat dari beberapa kategori. Jika bayi baru lahir bisa dilihat dengan tanda sulit menyusu, gangguan tumbuh kembang, biru, napas cepat, dan keringat dingin.

"Biru bisa dilihat dari mukosa bibir, mulut, di bawah area mata, sudah biru banget bisa dilihat bibir akan ungu. Proses berlanjut, lama-kelamaan timbul jari tabuh kemudian di area itu akan terlihat biru," ungkap dia.

Untuk anak bayi satu bulan hingga anak-anak akan terlihat kesulitan untuk menyusu, gangguan tumbuh kembang, biru, infeksi saluran napas berulang hingga keterbatasan aktivitas.

"Ada bising jantung pada pemeriksaan, pasien tidak ada keluhan tapi ketika melakukan pemeriksaan di dokter anak saat ingin imunisasi terdengar bising jantung. Nanti dokter anak yang menemukan itu akan merujuknya ke dokter jantung," pungkasnya.

Ilustrasi jantung.

Photo :
  • Pixabay

Sementara untuk remaja bisa dilihat dari gejala sesak napas, cepat capek, sakit dada, berdebar, pingsan dan bengkak.

"Ekstremitas dingin, perutnya kanan pembesaran dari liver, bengkak di perut atau kaki," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya