Gangguan Lactose Intolerance, Ketidakmampuan Tubuh Mencerna Susu
- Freepik/freepik
VIVA Lifestyle – Pernahkah kamu mendengar orang yang alergi makanan atau minuman dairy, misalnya seperti susu, beberapa jenis keju, beberapa jenis yogurt dan lainnya? Atau mungkin kamu sendiri yang mengalami hal seperti itu? Bisa jadi kamu termasuk lactose intolerance atau intorelansi laktosa. Berikut penjelasannya
Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa. Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare, perut kembung, dan sering buang angin setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa, seperti susu atau produk olahannya.
Yuk scroll ke bawah!
Tubuh menggunakan enzim alami yang disebut laktase untuk mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa dan galaktosa ini kemudian diserap dan digunakan sebagai sumber energi.
Penyebab Intoleransi Laktosa
Normalnya, enzim laktase akan memecah laktosa dalam susu menjadi glukosa dan galaktosa di dalam usus halus. Dua jenis gula tersebut kemudian diserap ke dalam aliran darah melalui lapisan usus.
Namun, jika usus halus kekurangan enzim laktase, laktosa tidak bisa diproses dan diserap. Zat tersebut kemudian akan terus bergerak menuju usus besar. Di usus besar, laktosa difermentasi oleh bakteri hingga menghasilkan zat asam dan gas berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya gejala intoleransi laktosa.
Gejala Intoleransi Laktosa
Gejala intoleransi laktosa dapat muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi minuman atau makanan yang mengandung dairy atau susu. Gejala-gejala yang muncul antara lain seperti:
- Mual dan muntah
- Nyeri perut
- Perut kembung
- Perut berbunyi
- Buang angin terus menerus
- Diare
Tingkat keparahan gejala yang muncul tergantung pada jumlah laktosa yang dikonsumsi. Gejala juga mungkin bervariasi pada setiap orang. Ada orang yang langsung mengalami nyeri perut atau mulas meski hanya minum susu sedikit. Namun, ada juga yang baik-baik saja selama jumlah yang dikonsumsi tidak terlalu banyak.
Menurut riset yang dilakukan oleh NIH, lactose intolerance paling banyak ditemukan pada orang-orang keturunan Asia Timur seperti Jepang, Korea, dan Cina. Lebih dari 90% orang dewasa di komunitas Asia Timur mengalami lactose intolerance.
Kondisi serupa juga ditemukan pada orang-orang keturunan Arab, Yahudi, Afrika Barat, Yunani, dan bahkan Italia. Di sisi lain, orang-orang berdarah Eropa Utara seperti Inggris, Swedia, Denmark yang umumnya mengonsumsi susu tanpa fermentasi hanya memiliki sekitar 5% populasinya yang mengalami lactose intolerance.
Nah, di Indonesia, menurut data Euro Monitor International and New Nutrition Business, 14 Trends in Dairy Nutrition pada 2018 silam, 80 persen populasi penduduk di Asia Tenggara, termasuk masyarakat Indonesia, mengalami gangguan kesehatan ini.
Selain karena sejak lahir, seiring bertambahnya usia seseorang, enzim laktase yang dihasilkan tubuh akan semakin berkurang. Pada usia dewasa, hingga 70 persen manusia tidak lagi menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dengan baik dalam susu.
Cara Mengurangi Gejala
Meski begitu hingga saat ini belum ada obat yang bisa menghilangkan 100% intorelansi laktosa. Namun kabar baiknya, penelitian menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami intoleransi laktosa masih dapat mengkonsumsi susu dengan dosis sebesar 12 gram laktosa atau sebanding dengan 1 cangkir susu, dan tidak atau sedikit mengalami gejala intoleransi laktosa.
Cara terbaik untuk menjaga kondisi intoleransi laktosa adalah dengan mengkonsumsi produk olahan susu dalam jumlah terbatas atau menggantinya dengan produk makanan lain yang memiliki nutrisi sebanding. Apalagi, saat ini sudah banyak susu dan olahannya yang ramah di perut penderita intoleransi laktosa.