Lansia Diimbau Booster Kedua, Pakar: Cegah Keparahan COVID-19

Suasana vaksinasi booster di Jawa Tengah.
Sumber :
  • tvOne/ Teguh Joko Sutrisno

VIVA Lifestyle – Vaksinasi booster kedua saat ini mulai diberikan kepada tenaga kesehatan lantaran kelompok tersebut dinilai cukup rentan tertular COVID-19. Terlebih, vaksinasi booster pertama yang diberikan sudah mulai mengalami penurunan efektivitasnya sehingga para pakar menggaungkan pentingnya booster diberikan kepada kelompok rentan lainnya, yakni usia lanjut (lansia).

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Dokter Spesialis Pulmonologi dan Pengobatan Pernafasan (Paru-Paru), Dr. dr. Erlina Burhan, MSc., Sp.P.(K), menyebutkan bahwa efektivitas suatu vaksin dinilai dengan perlindungannya pada sejumlah masyarakat.

Erlina menganalogikan, bila 10 orang diberi vaksin dan 8 orang terlindungi dari keparahan penyakit maka efektivitas vaksin tersebut sebesar 80 persen.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

"Dua orangnya mungkin bisa jadi lebih parah dan bisa dirawat. Tapi yang 8 orang aman. Itu kalau efektivitasnya 80 persen," tuturnya dalam webinar bersama AstraZeneca, Kamis 15 September 2022.

Situasi vaksinasi booster di Bali

Photo :
  • VIVA/Ni Putu Putri Muliantari
PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Kendati begitu, Erlina menegaskan bahwa peran vaksin booster sangat besar dalam melindungi masyarakat dari varian-varian COVID-19.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang enggan diberikan vaksin booster sebesar 70 persen lantaran menganggap vaksin primer sudah cukup melindungi.

"Booster sangat efektif melindungi seseorang. Walau sakit tapi terlindungi dari keparahan. Artinya tidak timbul kematian, mencegah seseorang jadi parah dan tidak meninggal kalau sudah booster," bebernya.

Diakui Erlina, cukup sulit untuk mengimbau masyarakat menerima vaksin booster pertama dengan berbagai faktor. Erlina menilai sudah mulai jenuhnya masyarakat akan menerima vaksin sehingga membuat semangat menerima vaksin menurun drastis.

"Tidak tahu persis penyebab cakupan primer booster rendah. Apa merasa 2 suntikan udah cukup. Atau merasa 'udah capek ah'. Bisa jadi juga masalah distribusi, memang tidak seluas dulu," bebernya.

Ilustrasi vaksin booster

Photo :
  • VIVA/ David Rorimpandey

Untuk selanjutnya, vaksin booster kedua sudah seharusnya menyasar kelompok lansia lantaran memiliki banyak faktor yang rentan tertular hingga mengalami keparahan gejala.

Dengan booster, diharapkan kematian pada lansia yang terpapar COVID-19, tidak mengalami gejala berat.

"Berikutnya adalah lansia karena lebih rentan. Makin tua sistem imun turun. Kedua lansia banyak komorbid mulai hipertensi, ada diabetes. Udah banyak lenyakitnya, sistem imun turun maka harus dilindungi boosternya. Kalau pun terpapar sakit, gejala ringan dan tidak perlu perawatan," kata dia.

Infografik vaksin booster

Photo :
  • Ilustrasi

Ada pun vaksin booster saat ini baru sekitar 20 persen masyarakat yang menerima. Sementara itu, kelompok tenaga kesehatan sudah dominan mendapatkan vaksin booster kedua.

Erlina menegaskan, vaksin primer dan booster akan menurun seiring waktu sehingga masyarakat akan membutuhkan booster kedua agar kelak bisa keluar dari situasi pandemi.

"Yang masalah, booster hanya 26 persen, rendah banget. Dari awal bicara booster itu bisa lindungi dari keparahan dan kematian. Varian saat ini lihai untuk tembus imunitas tapi kalau terkonfirmasi sakit ringan-ringan saja. Makanya booster dibilang penting," imbuh Erlina.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya