Ketahui Gejala Endometriosis pada Wanita Haid dan Pengobatannya
- U-Report
VIVA Lifestyle – Setiap wanita memiliki siklus haid yang berbeda karena dipengaruhi oleh hormon, kesibukan dan pikiran stres. Sebagian di antaranya mengalami haid yang selalu tepat waktu, sementara beberapa wanita lainnya memperoleh haid yang tidak teratur. Haid tidak teratur sendiri ada banyak macamnya. Haid bisa datang terlambat atau terlalu cepat, berlangsung terlalu lama atau terlalu singkat. Perdarahan saat haid juga bisa lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya, dan keluhan juga yang cukup tinggi angkanya adalah nyeri hebat yang berat dirasa oleh pasien setiap siklus haid nya per bulan.
Ada beberapa gangguan haid berbeda yang dapat dialami oleh wanita. Beberapa di antaranya adalah menorrhagia (tidak haid), perdarahan berlebih, dismenore (haid yang terlalu sakit), sindrom prahaid (PMS), dan kelainan disfonik pra haid (PMDD). Sebagian wanita merasakan nyeri haid dahsyat bahkan nyaris pingsan, namun ada juga yang tidak merasakan nyeri haid sama sekali.
Rata-rata dari masyarakat Indonesia percaya bahwa meminum obat pereda nyeri haid bisa mengalami ketergantungan. Nyatanya hal tersebut tidaklah benar.
"Mitos-mitos yang perlu dihilangkan adalah omongan orang tua tentang nyeri haid. Maaf omongan orang tua memang nomor satu, tetapi kalau masalah haid saya kurang setuju. Jadi, kalau orang tua ngomong 'nyeri haid jangan minum obat nanti ketergantungan', justru itu salah. Kalau ada nyeri kita harus hilangkan nyerinya," tutur dr Mohammad Haekal, SpOG saat peluncuran poli Gangguan Haid dan Endometriosis Terpadu di Brawijaya Hospital Antasari baru-baru ini.
Rasa nyeri memang menjadi gejala utama dari endometriosis, tetapi menurut dr. Mohammad Haekal, Sp.OG, rasa nyerinya bisa timbul walau seorang wanita sedang tidak haid.
"Jadi, ada 3 gejala khas dari endometriosis, yang pertama adalah nyeri menstruasi yang muncul di sebelum, saat, dan sesudah mens. Yang kedua, sulit mempunyai keturunan. Yang, ketiga nyeri di luar mens. Nyerinya akan terus menerus jadi meskipun gak mens tetap merasa nyeri,” tutur dia melanjutkan
Pengobatan Endometriosis
Penyebab pasti endometriosis memang belum diketahui, tetapi para ahli menduga ada beberapa kondisi yang bisa memengaruhi kondisi ini, seperti gangguan sistem kekebalan tubuh, menstruasi mundur, implantasi bekas luka bedah, hingga transformasi sel peritoneum. Seperti yang dijelaskan oleh dr.M. Luky Satria, Sp.OG, endometriosis tetap bisa diobati secara berkala atau dalam jangka panjang.
“Penanganan pada endometriosis tidak cukup dengan operasi, karena penangananya harus long term treatment. Selama wanita masih haid, endometriosis akan bisa tetap tumbuh,” ungkap dia.
Khususnya kaum hawa kini tak perlu khawatir karena untuk memfasilitasi masalah yang sering dialami wanita tersebut, Brawijaya Hospital Antasari membuka Layanan Gangguan Haid dan Endometriosis Terpadu dengan mengusung konsep one stop service dengan ketepatan diagnosis, hingga penanganan yang advance dan komprehensif.
Dr. Uf Bagazi, Sp.OG selaku Direktur Utama Brawijaya Hospital Antasari menjelaskan bahwa pembukaan layanan ini berangkat dari banyaknya pasien yang mengalami gangguan haid, datang ke dokter dalam keadaan sudah terlambat.
“Banyak pasien yang mengeluhkan gangguan haid dalam kondisi sudah terlambat. Jadi, pasien ingin punya anak, begitu dianalisis ternyata ada masalah gangguan haid. Jadi, kita memiliki keinginan cukup kuat agar, bagaimana caranya kita bisa memberikan pelayanan pada mereka, sehingga mereka tahu dan tidak terlambat apapun alasannya,” tutur dr. Uf Bagazi, Sp.OG.