Rokok Elektrik atau Vape Tidak Lebih Aman untuk Paru-paru
- pixabay/LindsayFox
VIVA Lifestyle – Belakangan, banyak orang beralih dari rokok konvensional ke rokok elektrik. Hal ini menyusul dengan anggapan bahwa rokok elektrik jauh lebih aman bagi organ paru dibandingkan dengan rokok konvensional.
Namun, hal tersebut dibantah oleh Spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik, DR. dr. Andika Rachman, Sp.PD-HOM. Dia menjelaskan bahwa rokok elektrik atau vape juga berbahaya bagi kesehatan paru.
Hal ini berdasarkan pada studi yang dilakukan oleh National Institute of Health, Amerika Serikat, pada hewan coba di tahun 2019 lalu.
"Ditemukan ada hubungan yang jelas antara vaping dan kanker paru," kata dia dalam virtual conference, Mengenal Imunoterapi Sebagai Harapan Baru Bagi Pasien Kanker Paru, Selasa 30 Agustus 2022.
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian terhadap tikus yang diberikan uap nikotin dari vape, 40 tikus yang tereksposur selama 54 minggu, 22.5 persen terkena kanker paru dan 57.5 persen mulai tampak pre-cancerous lesion dari kandung kemih. Sementara, 18 tikus yang juga diberi uap vape tapi tidak mengandung nikotin, tidak terkena kanker setelah 4 tahun diamati.
Andika juga mengingatkan bahwa kanker paru menjadi salah satu kanker yang perlu diwaspadai. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, tercatat terjadi kenaikan angka kasus kanker paru di Indonesia. Berdasarkan data GLOBOCAN 2020 menunjukkan bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian kanker tertinggi di Indonesia dengan 84 orang meninggal dan 95 kasus baru terdiagnosa setiap harinya.
Dia juga mengungkap bahwa kanker paru adalah jenis kanker yang kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia. Karena 95 persen kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok -dalam hal ini Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok laki dewasa di dunia, serta polusi sekitar yang tinggi.
"Gejala pada kanker paru seringkali tidak nampak pada stadium awal, ini berakibat dimanadata saat ini menunjukkan bahwa 60 persen pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC, dengan demikian penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk perawatan inovatif terkini sebagai harapan baru bagi pengobatan kanker paru," ujar dia.