Mengenal Bulimia, Penyakit Gangguan Makan Ekstrem Karena Takut Gemuk
- U-Report
VIVA Lifestyle – Menjaga berat badan ideal, bukan hanya sekedar untuk estetika atau kecantikan/keindahan, namun juga tentu untuk kesehatan. Karena, memiliki berat badan yang ideal dan sesuai dengan porsi tubuh tentu adalah hal yang baik, dan tak sedikit yang berusaha keras untuk menjaga berat badan tersebut agar ideal dan tidak naik.Â
Namun, tahu kah kamu bahwa ada beberapa, bahkan tak sedikit orang yang melalukan sesuatu yang "ekstrem" untuk membuat berat badan tak naik? Salah satunya adalah bulimia. Berikut penjelasannya.
Melansir dari laman NHS, bulimia adalah sebuah sebuah gangguan makan dan kondisi kesehatan mental. Orang-orang yang mengalami hal ini, memiliki periode saat mereka memakan banyak makanan dalam waktu yang singkat atau biasa disebut binge eating dan kemudian mengeluarkannya melalui berbagai cara.Â
Adapun cara-cara yang dilakukan adalah seperti mencoba memuntahkannya (ada yang dengan sengaja mencolok tenggorokan dengan jari agar mual & muntah), menggunakan obat laksatif (obat yang dikonsumsi untuk mengatasi susah buang air besar atau sembelit), melakukan olahraga berlebih, atau kombinasi dari metode-metode tersebut.
Hal ini dilakukan untuk menghindari penambahan berat badan. Baik laki-laki maupun perempuan dari semua kelompok usia dapat mengalami bulimia. Akan tetapi, penyakit ini paling umum dialami oleh perempuan yang berusia muda dan biasanya dimulai pada pertengahan atau akhir usia remaja.
Melansir Mayo Clinic, hal ini bisa mengancam jiwa, salah satunya karena seseorang yang mengidap hal ini akan menganggap berat badan yang dicapai tidak pernah ideal, meskipun telah di bawah rata-rata atau underweight. Seringkali, penderita bulimia mempertahankan berat badan tidak ideal ini hingga mencapai usia lanjut 30 atau 50 tahun. Kebiasaan ini akan mendarah daging dan lebih sulit untuk diubah.
Hal lainnya, karena bulimia dapat berakibat buruk pada sistem pencernaan seseorang. Ini menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang mempengaruhi jantung dan fungsi organ utama lainnya. Bahkan, kematian mendadak bisa terjadi akibat fungsi jantung yang bekerja tidak semestinya.
Selain itu, ini gejala psikologis lain yang dapat muncul pada bulimia adalah:
-Â Merasa takut gemuk
- Memiliki anggapan negatif terhadap berat badan dan bentuk tubuhnya sendiri
- Cenderung menyendiri dan menarik diri dari lingkungan sosial
- Memiliki rasa percaya diri yang rendah dan cemas
- Tidak mau makan di tempat umum atau di hadapan orang lain
Penyebab Bulimia
Meski begitu, penyakit bulimia masih belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Namun, ahli kesehatan mengungkapkan bahwa penyebab dari gangguan makan ini berkaitan dengan genetika, kesehatan emosional, ekspektasi masyarakat, dan masalah lainnya.
Bahkan, beberapa artis pernah mengalami hal ini, seperti artis cantik Vicky Shu. Ia mencoba menjalankan diet ekstrem, namun malah terkena bulimia. Ia mengaku ia sering terkena body shaming, kerap mendapat perlakuan tersebut sejak duduk di bangku sekolah hingga setelah berkarier di bidang tarik suara, maka dari itu ia terobsesi ingin selalu kurus.Â
Cara Mencegah & Mengobati Bulimia
Ada beberapa cara untuk mencegah bulimia, seperti :Â
- Meningkatkan rasa percaya diri dengan saling memberikan motivasi untuk selalu hidup sehat setiap hari
- Menghindari pembicaraan yang berhubungan dengan fisik atau yang memengaruhi psikologis penderita, misalnya badannya terlalu kurus atau gemuk, serta wajahnya tidak cantik
- Mengajak anggota keluarga untuk selalu makan bersama
- Melarang diet dengan cara tidak sehat, seperti menggunakan obat pencahar atau memaksakan diri untuk muntah
Jika merasa diri kamu atau seseorang yang dikenal terkena bulimia, maka sebaiknya segera mencari pertolongan dari ahli, seperti dokter gizi, psikiater, dan lainnya.Â
Perawatan yang akan diberikan bisa berupa psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, yaitu bertujuan untuk membantu mengembalikan pola makan penderita, serta mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dan pola pikir yang negatif menjadi positif. Serta terapi interpersonal yang bertujuan untuk membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang lain, serta meningkatkan kemampuan pasien dalam berkomunikasi dan menyelesaikan masalah. Selain itu, bisa dengan obat - obatan, konseling gizi, dan lainnya.