Dengar Pendapat Pakar, Arist Merdeka Sirait Suarakan Bahaya BPA
- VIVA/ Lucky Aditya.
VIVA Lifestyle – Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait bersuara agar pemerintah atau masyarakat tahu tentang bahaya BPA. Salah satunya dengan mendukung upaya BPOM melakukan Perubahan Kedua atas Perka No 31 Tahun 2018 Tentang Label Pangan Olahan.
"BPA bagi orang dewasa saja dapat memicu kanker. Apalagi bagi anak-anak atau bayi, balita dan janin. Di mana bayi, balita dan janin itu belum mempunyai sistem imun. Dengan hadir di saresahan itu, kita jadi lebih takut. Ternyata BPA lebih berbahaya dari yang diperkirakan sebelumnya. Berdasarkan pemaparan para pakar lain BPA dapat mengkontaminasi air susu ibu bahkan saat bayi masih jadi embrio," kata Arist melalui keterangan tertulisnya.
Komnas Perlindungan Anak akan terus mengkampanyekan bahaya BPA. Menurut Aris, bahaya yang bisa ditimbulkan buat masyarakat tidak boleh abai dan lengah.
"Salah satu dampak BPA saja sudah mengerikan. Satu aja sudah bisa membuat fatal, apalagi kalau banyak. Oleh sebab itu kita tidak boleh bersikap gegabah dan meremehkan BPA ini," kata Arist Merdeka.
Arist semakin yakin karena beberapa waktu lalu menghadiri Saresehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Menurutnya, dalam acara tersebut menghadirkan puluhan pakar yang sangat berkompeten dari Perguruan Tinggi ternama di Indonesia juga dari lembaga Penelitian yang terakreditasi di Indonesia.
Beberapa diantaranya, Prof Dr Andri Cahyo Kumoro, Guru Besar Fakultas Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Diah Ayu Puspandari dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KPMAK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Prof Junaidi Khotib, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga serta pakar dari universitas Indonesia dan IPB.
Dari pemaparan mereka, Arist menyimpulkan BPA dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti di antaranya, kanker, kesehatan otak, autisme, kelenjar prostat, juga dapat memicu perubahan perilaku pada anak.
Salah satunya pendapat dari Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Prof. Junaidi Khotib menyatakan hal serupa. Ia menjelaskan pola distribusi galon guna ulang yang buruk bisa memperparah pelepasan BPA.
"Pelepasan ini sangat tergantung pada suhu dan tingkat keasaman. Ketika dalam distribusi dan produksi, kemasan galon air minum terpapar cahaya matahari langsung sehingga suhunya meningkat, tentu di sana sangat cepat terjadi migrasi," kata Junaidi dalam acara tersebut.