Kabar Baik, Skrining Masalah Mental Kini Bisa di Puskesmas

Ilustrasi depresi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Peningkatan layanan kesehatan untuk seluruh siklus hidup terus ditingkatkan oleh Kementerian Kesehatan. Salah satu layanan yang diperkuat adalah layanan kesehatan jiwa yang merupakan salah satu fokus dari dua pilar transformasi sistem kesehatan yakni transformasi layanan primer dan transformasi sistem rujukan.

Usia Muda, Tapi Sering Lupa? Ini 8 Kebiasaan yang Harus Dihindari

Melalui perubahan ini, nantinya layanan kesehatan jiwa yang berkaitan dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif akan diperkuat dan ditingkatkan.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono menjelaskan upaya promotif dan preventif yang merupakan pilar transformasi layanan primer diperkuat dengan memperluas layanan kesehatan di 7.230 Puskesmas, 85 ribu Posyandu Prima serta 300 ribu Posyandu di seluruh Indonesia.

Stres Ancam Kesehatan, Perbaiki Pola Hidup melalui Pendekatan Sadar Risiko

Ilustrasi dokter.

Photo :
  • www.pixabay.com/jennycepeda

Skrining kesehatan jiwa nantinya akan ada di seluruh unit seperti Puskesmas, Posyandu Prima maupun Posyandu. Jenis layanannya ada edukasi, penemuan kasus kesehatan jiwa, Strength And Difficulties Questionnaire (SDQ) dan Self Reporting Questionnaire (SRQ)," ujar Dante, dikutip dari laman Kemenkes, Kamis 11 Agustus 2022.

Wajib Coba! Trik Ampuh Ratu Vashti Atasi Stres Pakai AI, Dijamin Work!

Di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, Kemenkes akan menggencarkan promosi kesehatan melalui berbagai media dan pendekatan dengan berbasiskan masyarakat serta melakukan skrining penyakit di setiap sasaran usia baik untuk masalah kesehatan fisik maupun masalah jiwa.

"Untuk proses skrining, nantinya akan kita buat lebih mudah, sehingga bisa dilakukan di seluruh fasyankes,” kata Wamenkes dalam webinar “Transformasi Kesehatan Jiwa di Indonesia"," imbuhnya.

Selanjutnya, terkait upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan dengan mengubah konsep layanan kesehatan dari perawatan konvensional menjadi lebih nyaman. Tak hanya itu, fokus perawatan pasien juga akan diubah dari yang sebelumnya fokus pada kontrol dan pengurangan gejala menjadi pelayanan yang fokus pada pemulihan dan peningkatan kualitas hidup pasien.

“Kalau dulu RSJ konvensial sifatnya institusional, kalau sekarang RSJ mengusung konsep home line, dimana pasien yang dirawat di RSJ merasa tinggal di rumah. Ini membuat masyarakat lebih nyaman dan aman saat tinggal di RS. Selain itu, hak pasien juga diperhatikan. Kalau jaman dulu pasien harus di kerangkeng, sekarang sudah masuk ke perawatan yang lebih baik dan komprehensif,” kata Wamenkes.

Ilustrasi dokter/tenaga kesehatan.

Photo :
  • Freepik

Dikatakan Wamenkes, saat ini implementasi transformasi kesehatan jiwa sedang dilaksanakan di 4 RSJ vertikal diantaranya RSJ Marzoeki Mahdi Bogor, RSJ Soeharto Heeedjan Jakarta, RSJ Soerojo Magelang dan RSJ Radjiman Lawang.

Keempat RSJ vertikal ini akan menjadi pilot pilot transformasi kesehatan jiwa di Indonesia. Nantinya, RSJ pilihan tersebut diharapkan bisa melaksanakan pembinaan dan pengampuan jejaring layanan kesehatan jiwa di seluruh RSJ di Indonesia.

“Mudah-mudahan pengampuan dari RSJ vertikal ini bisa dikembangkan RSJ dengan model dan konsep perubahan yang memberikan kenyamanan sehingga proses pelayanan pada pasien lebih optimal,” harap Wamenkes.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya