Vaksin HPV Paling Efektif Diberikan Usia SD, Pakar Beri Penjelasan
- pixabay
VIVA Lifestyle – Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks sudah disoroti oleh pemerintah agar dapat menjadi salah satu fasilitas bagi masyarakat. Pemberian vaksin HPV sendiri bisa diberikan di usia produktif, meski sebenarnya paling efektif saat seseorang belum aktif berhubungan seksual.
Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Aldrin Nellwan Panca Putra, Sp.Ak, MARS, M.Biomed, M.Kes, SH, menuturkan bahwa vaksin HPV sangat penting untuk mencegah kanker serviks.
Meski tak mencegah hingga 100 persen, faktanya dari penelitian mencatat angka signifikan pada pencegahan masuknya kuman HPV.
"Sebagian besar, ada jurnal bilang 85 persen kejadian kanker serviks karena kuman HPV. Untuk cegah kita harus cegah masuknya virus HPV dengan vaksinasi," ujar dokter Aldrin dalam keterangan pers Cancer Community Festival (CCF) 2022 oleh Kalbe melalui One Onco.
Terlebih, berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian kanker memang terus berkembang. Mencegah kematian akibat kanker sebenarnya mudah, yakni melalui deteksi dini sebelum sel kanker meluas di tubuh, di mana pada kasus kanker serviks paling efektif di usia 9-12 tahun karena belum melakukan aktivitas seksual.
"Paling baik SD yang belum melakukan aktivitas seksual. Abis itu udah kelar. Umur 9-12 tahun," tuturnya.
Lebih dalam, Dokter Aldrin menjelaskan bahwa pemberian vaksin HPV dari pemerintah sebagai bagian dari imunisasi wajib masih termasuk proyek terbaru dengan fokus tertentu.
Pada tahun 2023, rencananya vaksin HPV sudah bisa menjadi program tersebut untuk dinikmati masyarakat.
"Tempatnya banyak yang sudah ditentukan. Usia vaksin gratis, giat imunisasi sekolah kelas 5-6 SD dua dosis. Kalau ditetapkan itu kebijakan," jelasnya.
Sementara deteksi dini lainnya bisa melalui IVA dan Pap Smear di fasilitas kesehatan terdekat. Keduanya dibiayai pemerintah sesuai kriteria.
Hal senada dipaparkan Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius, bahwa upaya pencegahan deteksi dini ini merupakan tugas kita bersama.
"Upaya yang harus bersama-sama untuk tingkatkan edukasi bahwa kanker harus diketahui lebih dini. Lebih cepat lebih baik. Ada cara-cara sederhana. Di CCF 2022 banyak sekali komunitas sharing pengetahuan,” terangnya.
“Ujungnya bisa cegah kanker stadium lanjut yang biasaya tingkat kesembuhannya rendah. Makin banyak orang yang memahami dan praktikan pencegahan dini untuk penyakit kanker ini," lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa vaksinasi merupakan upaya dalam sistem pelayanan kesehatan primer. Untuk itu, langkah yang mulai dilakukan adalah dengan menambah jumlah vaksin wajib pada masyarakat.
"Menambah jumlah vaksin atau imunisasi wajib ke masyarakat, dari 11 jadi 14. Kita tambah 3 vaksin baru yaitu HPV untuk kanker serviks bagi para ibu, PCV untuk pneumonia bagi balita, juga rotavirus untuk penyakit diare target ke balita juga," ujar Menkes.
Bukan tanpa alasan, Menkes Budi menilai kematian ibu dan anak masih cukup tinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% pasca persalinan. Yang mana lebih dari 62% Kematian Ibu dan Bayi terjadi di rumah sakit.
Tingginya kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis dan lain-lain.
Pada saat hamil ibu juga mengalami berbagai penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, penyakit jantung dan kanker. Pada kanker, Menkes Budi menyebut bahwa kanker payudara dan serviks menempati urutan paling atas.
"Sebagai bagian dari imunisasi dasar, HPV diberikan karena kanker serviks adalah jenis kanker kedua setelah payudara yang sebabkan kematian para ibu. Karena kanker payudara belum ada vaksinnya, sedangkan serviks ada, maka kita berikan. Jauh lebih baik daripada mengobati setelah kena kanker serviks," jelasnya.