5 Penyakit Berbahaya Mengintai Dibalik Manisnya Minuman Kekinian
- Istimewa
VIVA Lifestyle – Menyukai makanan dan minuman manis, permen, dan makanan yang dipanggang? Sebagian besar barang-barang ini sarat dengan gula putih atau pemanis buatan, yang telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan yang berbahaya. Apa saja?
Untuk mengurangi asupan gula dan kalori, banyak orang memilih pemanis buatan atau pengganti gula lainnya. Namun, berbagai makanan dan minuman yang dijual bebas gula mengandung pemanis buatan.Â
Meski pengganti gula sintetis ini mengandung kalori yang jauh lebih sedikit daripada gula meja (sukrosa), penelitian menunjukkan beberapa diantaranya dapat berkontribusi pada penambahan berat badan, dengan meningkatkan nafsu makan dan konsumsi makanan.Â
Untuk itu, mari kita lihat beberapa kondisi kesehatan yang terkait dengan tingginya konsumsi gula putih atau pemanis buatan, dikutip dari laman The Health Site.
1. Kegemukan
Beberapa penelitian telah menyoroti hubungan antara diet tinggi gula tambahan dan kelebihan berat badan/obesitas. Para ahli mengatakan kelebihan gula disimpan sebagai lemak di dalam tubuh. Juga, asupan gula yang tinggi meningkatkan nafsu makan, yang menyebabkan konsumsi berlebihan.
2. Tekanan darah tinggi
Gula dapat meningkatkan kadar asam urat, yang pada gilirannya dapat menghambat produksi oksida nitrat (NO) di pembuluh darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi.
3. Penyakit jantung
Sebuah studi tahun 2014, yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine, menyimpulkan bahwa makan terlalu banyak gula tambahan meningkatkan kemungkinan kematian akibat penyakit jantung, bahkan pada orang yang tidak kelebihan berat badan.
4. Penyakit Hati Berlemak
Gula sama buruknya dengan alkohol untuk hati Anda. Konsumsi gula yang berlebihan merupakan salah satu faktor risiko perkembangan penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD).
5. Kanker
Beberapa penelitian pada hewan telah menghubungkan pemanis buatan seperti sakarin dan siklamat, dengan peningkatan risiko kanker kandung kemih. Namun, lembaga kesehatan AS termasuk FDA dan National Cancer Institute, mengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang kuat untuk membuktikan risiko kesehatan ini.