Bayi Lahir Prematur Picu Stunting, Ini Pencegahannya Moms
- pixabay
VIVA Lifestyle – Stunting masih menjadi beban gizi yang dihadapi anak-anak Indonesia, sebenarnya bisa dicegah sejak dini. Termasuk dengan upaya nutrisi baik pada remaja perempuan sehingga kelak melahirkan bayi dengan berat yang ideal dan tak berdampak pada stunting.
Dokter Anak Konsultan Neonatologi, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K) menjelaskan bayi dengan kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masuk ke dalam bayi yang berisiko tinggi mengalami stunting. Kondisi ini masih kerap terjadi, yang mana tak disadari oleh banyak orangtua sehingga mengabaikannya.
"Indonesia menempati peringkat ke–5 tertinggi angka kelahiran prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dari 100 bayi yang lahir, terdapat 10 bayi lahir secara prematur dan 7 bayi dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)," tuturnya dalam acara virtual bersama Fresenius Kabi, baru-baru ini.
Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang, 35 persen kasus stunting disebabkan oleh kelahiran prematur dan 20% kasus stunting di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar dan gangguan perilaku.Â
"Oleh karena itu penting untuk melakukan skrining perkembangan pada usia 9,18, dan 30 bulan," terangnya.
Lebih lanjut Prof Rinawati Rohsiswatmo memaparkan, cara mencegah kelahiran prematur dan BBLR bisa dengan mempersiapkan kehamilan yang sehat dengan melakukan pemeriksaan antenatal rutin dan persiapan pra-nikah. Nutrisi dan kesehatan ibu selama hamil penting untuk mencegah kelahiran prematur. Namun, jika bayi sudah terlahir prematur tenaga medis maupun fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pertolongan awal dan selanjutnya melakukan perawatan bayi prematur secara baik.Â
"Pemberian ASI eksklusif juga sangat penting. Jika bayi sudah stunting maka perlu dilakukan tata laksana gizi di rumah sakit dengan pemberian PKMK (Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus) makanan khusus atau dengan pemberian nutrisi parenteral," jelasnya.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, dr. Erna Mulati, M.Sc, CMFM mengatakan bahwa penurunan stunting merupakan 1 dari 9 program kesehatan prioritas nasional. Upaya mencegah stunting dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.Â
"Intervensi spesifik utamanya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan bahkan jauh sebelum ibu hamil. Sedangkan intervensi sensitif dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang mendukung penurunan stunting dan dikoordinasikan oleh BKKBN," imbuhnya.
Terdapat beberapa intervensi spesifik untuk mencegah stunting, antara lain, tablet tambah darah bagi remaja putri (rematri) 12-17 tahun, pemeriksaan Hb bagi rematri kelas 7 dan 10. Lalu pemeriksaan kehamilan sesuai standar menjadi 6 kali.
Kemudian tablet tambah darah bagi ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kurang energi kronis. Lalu ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, Kemudian Pemberian makanan tambahan bagi balita gizi kurang, tata laksana balita gizi buruk, dan Imunisasi dasar lengkap bagi seluruh balita
"Melalui kegiatan edukasi ini, kami berharap masyarakat Indonesia dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi pada bayi di 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) dan dapat melakukan pencegahan dan penanganan stunting dengan baik," kata Direktur PT Fresenius Kabi Indonesia, Herlina Harjono.