Kasus Subvarian BA.2.75 Centaurus Ada di RI, Pakar IDI Soroti Ini
- ANTARA/Shutterstock
VIVA Lifestyle - Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban, mewanti-wanti ditemukannya subvarian Omicron BA.2.75 atau dijuluki Centaurus. Ada pun tiga kasus Centaurus tersebut sudah terdeteksi di dua kota yakni Bali dan Jakarta.
Prof Beri, sapaannya, menuturkan bahwa masyarakat tak boleh abai terhadap penemuan berbagai subvarian baru. Apalagi, subvarian baru yang pertama kali ditemukan di India ini muncul tak lama sebelum dua 'saudarinya' yakni BA.4 dan BA.5.
"Jangan mengabaikan data-data ini. Kematian mencapai 54 jiwa dalam seminggu terakhir atau 38,1 persen. Ditemukan dua kasus subvarian BA.2.75," tuturnya dikutip dari cuitan di akun Twitter @ProfesorZubairi, Selasa 19 Juli 2022.
Dalam beberapa hari terakhir sejak kemunculan para saudari subvarian Omicron itu, kasus pun melonjak tajam. Bahkan kini, sejumlah kota di Indonesia mendapatkan label PPKM level 2 dan 3.
"Kasus baru sepekan terakhir 23.648 (36 persen). Kasus baru per hari pada Sabtu 16 Juli 2022 mencapai 4.329," imbuhnya lagi.
Di sisi lain, dosis vaksinasi lengkap masih belum semua diterima masyarakat. Termasuk, vaksinasi booster yang tak semua masyarakat jalani, di mana peran booster sendiri sebenarnya cukup krusial dalam mencegah keparahan gejala. Prof Beri menyayangkan masih minimnya penerima booster.
"Penerima booster baru 25,4 persen," terangnya.
Sebelumnya, Prof Beri mengingatkan bahwa kasus COVID-19 kembali melonjak. Hal ini membuat Prof Zubairi mengimbau agar masyarakat kembali memperketat protokol kesehatan sehingga penularan bisa diredam.
Prof Beri, menyoroti kasus yang kian meningkat dari hari ke hari semenjak munculnya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Menurutnya, pada 12 Juli 2022 kasus COVID-19 mencapai angka tertinggi semenjak bulan Maret 2022.
"Kasus di Indonesia naik drastis. Tembus angka 3.361 kasus COVID-19 pada hari ini. Angka tertinggi sejak akhir Maret 2022. Teman-teman dekat saya juga mulai terinfeksi," jelasnya.
Ada pun Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terdeteksi di Indonesia sejak awal tahun dan diklaim menjadi penyebab lonjakan kasus. Padahal, pada awal tahun 2022, kasus COVID-19 masih berada di bawah angka seribu per hari sehingga pemerintah sudah mengizinkan melepas masker di ruang terbuka. Namun, benarkah kita sedang menuju gelombang ke-4?
"Apakah kita sedang menuju puncak gelombang 4 atau sudah lewat? Melihat tren, kasus baru masih naik terus. Begitu juga positivity rate, saat ini di atas 18 persen. Tapi kita masih belum capai puncak gelombang BA.4 dan BA.5 - yang saya harap tidak akan besar," tegasnya.