Subvarian Omicron 'Centaurus' BA.2.75 Terdeteksi di Bali dan Jakarta
- pexels/Edward Jenner
VIVA Lifestyle – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi subvarian Omicron BA.2.75 sudah dideteksi muncul di Indonesia. Subvarian yang dijuluki sebagai Centaurus itu awalnya terdeteksi di India dan kini meluas.
"Kami juga meng-update ke Bapak Presiden ada subvarian baru yang namanya BA.2.75 yang sekarang sudah beredar di India mulainya, dan sudah mulai masuk ke 15 negara," ujar Menkes Budi dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 19 Juli 2022.
Tentang munculnya potensi sub-varian Omicron BA.2.75, Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan dalam sebuah video yang diposting di Twitter bahwa telah terjadi kemunculan sub-varian yang disebut BA.2.75. Kasus pertama kali dilaporkan dari India dan kini ada di Indonesia yakni di Bali dan Jakarta.
"Ini (BA.2.75) juga sudah masuk di Indonesia satu ada di Bali karena kedatangan dari luar negeri, dua ada di Jakarta. Kemungkinan besar transmisi lokal sedang kita cari sumbernya dari mana," imbuhnya.
Diberitakan VIVA sebelumnya, Menkes Budi menjelaskan bahwa beberapa provinsi mulai mengalami kenaikan level PPKM. Beberapa provinsi yang dimaksud yakni DKI Jakarta yang tingkat transmisinya sudah masuk level 3 dan Banten yang sudah berada di level 2.
"Beberapa provinsi seperti DKI Jakarta sudah ada di level 3 untuk tingkat transmisinya dan Banten sudah ada di level 2. Sedangkan provinsi-provinsi lainnya masih ada di level 1 untuk levelnya WHO," kata Budi di Kantor Presiden, Jakarta, Senin 18 Juli 2022
Menurut Budi, jika dibandingkan dengan angka perawatan di rumah sakit dan juga angka fatalitasnya, dua daerah itu masih relatif sangat rendah di bawah standar WHO. Menkes Budi juga mencatat, secara persentase, masyarakat yang meninggal dunia akibat COVID-19 paling tinggi merupakan masyarakat yang belum divaksin atau masyarakat yang baru mendapatkan satu kali vaksin.
"Yang meninggal paling tinggi adalah orang yang belum divaksin atau yang divaksin baru satu kali. Sedangkan yang sudah divaksin dua kali, jauh menurun persentase fatalitasya atau yang wafat kalau terkena dan yang di-booster sudah sangat menurun persentase yang wafatnya," kata Budi.