Terinfeksi Kanker Serviks Tanpa Berhubungan Seksual, Ini Faktanya
- U-Report
VIVA Showbiz – Kanker serviks masih menjadi sorotan lantaran mengintai banyak perempuan di dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Tak sedikit mitos yang beredar menyebutkan bahwa kanker serviks bisa menular meski tanpa berhubungan seksual. Bagaimana faktanya?
Berdasarkan data Global Cancer Observatory, Indonesia berada pada urutan nomor satu penderita kanker serviks di Asia Tenggara, urutan kedua di Asia, dan urutan delapan di dunia. Diperkirakan, setiap satu jam ada satu perempuan Indonesia yang meninggal akibat kanker serviks.
Risiko tertular rendah
Dikutip dari laman Medical News Today, penularannya tanpa berhubungan seksual masih dianggap mitos. Pada dasarnya, National Health Service (NHS) mengatakan meskipun bisa, tapi kemungkinan seseorang terkena kanker serviks sangat rendah jika mereka tidak pernah melakukan hubungan seksual.
Ini karena penyebab utama kanker serviks adalah HPV, yang biasanya menyebar melalui kontak kulit-ke-kulit atau kulit-ke-mukosa selama aktivitas seksual. Tetapi penting untuk diingat bahwa hubungan seksual penetratif bukanlah satu-satunya cara seseorang dapat tertular HPV.
Seseorang dapat tertular HPV bahkan jika organ reproduksi pria tidak pernah masuk ke dalam organ intim wanita, anus, atau mulut. Ada pun jenis kontak seksual lain yang dapat menularkan HPV meliputi oral sex, sentuhan genital berbagi mainan seks, atau pemindahan cairan vagina di tangan dan jari.
Dimungkinkan juga untuk tertular HPV melalui kontak non-seksual. Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa 11 persen bayi telah tertular HPV selama persalinan. Namun, risikonya tampaknya sangat rendah.
Penyebab yang tidak terkait dengan HPV
The American Cancer Society menyatakan bahwa meskipun HPV adalah penyebab paling umum dari kanker serviks, itu bukan satu-satunya penyebab. Faktor lain yang meningkatkan peluang seseorang terkena kanker serviks termasuk:
Merokok: Mereka yang merokok dua kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Para peneliti percaya bahwa ada zat dalam produk tembakau yang merusak DNA sel di leher rahim.
Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang: Menggunakan kontrasepsi oral dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Namun, risikonya kembali turun setelah seseorang berhenti meminumnya.
Riwayat keluarga: Mungkin saja kanker serviks diturunkan dalam keluarga. Dalam beberapa kasus, ini mungkin karena orang dalam keluarga yang sama lebih cenderung memiliki faktor risiko non-genetik yang serupa.
Sistem kekebalan yang melemah: Sistem kekebalan membantu menghancurkan sel kanker, memperlambat pertumbuhannya, dan mengurangi penyebarannya. Orang dengan HIV atau mereka yang menjalani pengobatan untuk kondisi autoimun memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Deteksi dini kanker serviks
Maka, penting untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini, termasuk dengan Cerviray A.I., dari Pyridam Farma (PYFA) bersama dengan AIDOT Inc. Ini merupakan alat pendeteksi kanker serviks portable yang dapat membantu kaum wanita dalam mendeteksi dini kanker serviks dengan tingkat sensitivitas 93 persen dan tingkat spesifisitas 89 persen.
Software Artificial Intelligence (AI) milik Cerviray A.I. menggunakan gambar serviks pasien yang ditangkap oleh perangkat untuk secara otomatis menunjukkan kemungkinan tingkat keparahan atau status penyakit. Hasil yang telah dianalisis oleh server AI segera dikirim ke tenaga ahli sebagai data tambahan untuk membuat diagnosis yang diperlukan dengan lebih akurat.
Cerviray A.I. dilengkapi dengan LED (anti-glare function), fitur zoom hingga 3-5x optical dan tingkat fokus yang dapat diatur otomatis atau manual. Hal ini dapat membantu proses pengambilan gambar serviks atau leher rahim yang dilakukan oleh tenaga ahli menjadi lebih cepat, lebih jelas dan lebih akurat.
“Pyridam Farma ingin turut serta mendukung program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesadaran wanita Indonesia terhadap kesehatan serviks. Kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk melakukan vaksin Human Papilloma Virus (HPV) dan rutin melakukan pemeriksaan diri secara berkala menjadi salah satu penyebab tingginya kematian yang disebabkan oleh kanker serviks. Oleh karena itu, Pyridam Farma percaya dengan hadirnya Cerviray A.I. dapat membantu kaum wanita untuk mulai memeriksakan diri agar terlindung dari bahaya kanker serviks," ujar Direktur Pyridam Farma, dr. Widjanarko Brotosaputro.
Selain itu, Direktur dan salah satu owner RS Medika Dramaga Bogor, dr. Geossefi Purnawarman Sp.OG, M.Kes., mengatakan bahwa penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) dalam dunia medis sangat bermanfaat karena dapat membuat proses pemeriksaan menjadi lebih mudah, lebih efisien dan efektif serta dapat terdokumentasi dengan baik.
"Selain itu, dengan menggunakan teknologi AI, pasien pun tidak hanya akan mendapatkan eksplanasi dan edukasi secara lisan dari dokter namun juga secara virtual sehingga pasien lebih memahami kondisi tubuh mereka," tuturnya.
Cerviray A.I. telah mendapatkan berbagai sertifikasi dan paten untuk alat kesehatan dari berbagai negara, serta efektivitas alat Cerviray A.I. ini telah diuji coba oleh Korea University Anam Hospital dan Seoul National University Bundang Hospital. Pyridam Farma berharap inovasi teknologi yang dihadirkan oleh Cerviray A.I. ini dapat menjadi jawaban bagi tenaga ahli sekaligus menjadi pilihan bagi wanita Indonesia dalam pemeriksaan rutin serviks yang memberikan hasil lebih cepat dan akurat.