Fakta dan Mitos Seputar Daging Kambing

Ilustrasi daging kambing.
Sumber :
  • Freepik/dashu83

VIVA Lifestyle – Hari Raya Idul Adha selalu dirayakan dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi dan kambing. Hari raya juga identik dengan acara silaturahmi dan kumpul keluarga yang biasanya menghidangkan beragam jenis makanan.

Apa Artinya Kejatuhan Cicak di Kepala? Pertanda Ini yang Perlu Kamu Tahu!

Salah satunya yang paling dicari adalah olahan daging kambing. Daging yang satu ini biasanya diolah menjadi sate ataupun tongseng.

Kenikmatan daging kambing memang sering kali membuat nagih, namun tetap harus diperhatikan bahwa tidak baik untuk mengkonsumsi daging kambing dalam jumlah yang berlebihan.

5 Fakta Mobil Rombongan Jurnalis tvOne Dihantam Truk Rosalia Express

Daging kambing juga sering kali dikaitkan sebagai penyebab penyakit seperti kolestrol dan darah tinggi.

Lantas apakah benar bahwa daging kambing berisiko terhadap kesehatan? Berikut ini adalah penjelasannya seperti yang dijelaskan oleh dr. Raissa E Djuanda, M. Gizi, Sp. GK.

7 Fakta Menarik di Balik Lagu Solo Jennie Blackpink ‘Mantra’ yang Wajib Kamu Tahu

Mitos
Menurut dr. Raissa, daging kambing yang sering disebut memiliki lemak tinggi dan menyebabkan kolestrol adalah sebuah mitos belaka.

"Jadi sebenarnya lemak dan kolestrol kambing ini lebih rendah dibandingkan daging lainnya, daging sapi, daging ayam. Ternyata daging kambing itu lebih rendah lemak dan kolestrolnya," ungkap dr. Raissa dalam tayangan program Hidup Sehat tvOne, Kamis 14 Juli 2022.

Cara memasak daging kambing sangat penting untuk diperhatikan. Penggunaan bumbu yang berlebihan justru dapat memicu penyebab kolestrol dan kurangnya gizi dari dalam daging itu sendiri.

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa daging kambing dapat meningkatkan kolestrol atau darah tinggi

Makan daging kambing.

Photo :
  • U-Report

Bahkan, menurut dr. Raissa, ada sebuah percobaan di mana dua kelompok yang berbeda masing-masing mengkonsumsi daging kambing dan ayam.

Hasil percobaan tersebut menunjukan hasil yang sama, yaitu tidak meningkatkan tekanan darah.

"Tapi balik lagi, itu khusus dagingnya ya. Terlepas dari jeroannya, lemaknya. Nah jeroan dan lemak ini memang kolestrolnya tinggi," kata dr. Raissa.

Mitos lain tentang daging kambing adalah bahwa asam lemaknya dapat mencegah kanker.

Meskipun kadar lemak daging kambing terbilang rendah, namun belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa daging kambing  bermanfaat untuk menghindari kanker.

Fakta
Disamping itu, daging kambing juga bermanfaat bagi kesehatan yaitu untuk menstabilkan kinerja jantung. Kandungan kalium dalam daging kambing berfungsi untuk menstabilkan tekanan darah sehingga performa jantung tidak menurun.

Namun, daging kambing mengandung protein dan kalium yang cukup tinggi, yang jika dikonsumsi berlebihan dapat mengganggu kinerja ginjal.  

Faktanya, daging kambing juga mengandung zat anti-inflamasi dan anti-radang yang baik bagi tubuh.

"Daging kambing ini sebenarnya ada kandungan Omega3, meskipun jumlahnya kecil tidak seperti ikan laut dalam. Tapi juga mengandung zat anti-inflamasi dan anti-radang," tutur dr. Raissa.

Mengonsumsi daging kambing ternyata juga dapat membantu tubuh membakar lemak karena makan daging kambing dapat memicu kinerja metabolisme sehingga menimbulkan rasa panas di tubuh.

"Karena menghasilkan efek panas, bisa membakar kalori dan lemak. Tapi sebaiknya jangan abis makan ini malam-malam langsung tidur. Jadi tetap waktu makannya diperhatikan ya," ujar dr. Raissa.

Fakta selanjutnya adalah bahwa daging kambing dapat membantu mencegah anemia, khususnya untuk ibu hamil dan wanita menstruasi. Hal ini disebabkan karena daging kambing kaya akan zat besi dibandingkan dengan daging lainnya.

Selain itu, daging kambing juga dapat membantu meredakan stres dan depresi. Kandungan B12 dan asam folat dalam daging kambing bekerja untuk meredakan depresi dan meningkatkan hormon serotonin.

Cara masak daging kambing
Agar mendapatkan manfaat yang maksimal dan mencegah penyebab penyakit, penting untuk diketahui cara mengolah daging kambing dengan benar.

Pertama, daging kambing perlu dimasak secara perlahan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi.

Sate kambing yang dibakar dengan suhu tinggi, menurut dr. Raissa, sebenarnya kurang diasarankan. Apalagi dengan bagian-bagian gosongnya yang dapat memicu kanker.

"Jadi paling bagus contohnya di suhu cooker, dengan penambahan bumbu yang minimal," tutur dr. Raissa.

Biasanya, karena aroma daging kambing yang menyengat maka akan diberi banyak bumbu racikan yang berlebihan. Justru, hal tersebut tidak disarankan karena akan menyebabkan gangguan kesehatan, seperti kolestrol.

Penggunaan minyak, mentega, santan, atau bahan lain yang berlebih dalam mengolah daging kambing dapat mengubah daging yang menyehatkan itu menjadi pemicu segala penyakit.

Kemudian, pilihlah bagian 'daging' kambing, hindari bagian lemak dan jeroannya.

Bagi penderita penyakit tertentu, sebaiknya membatasi makan daging kambing hanya sebanyak 200 gram per minggu sedangkan untuk orang yang sehat tanpa riwayat penyakit sebaiknya 300 gram per minggu.

"Dengan syarat makannya 2-3 kali per minggu, setiap kali makan per 100 gram. Kalau sate, 100 gram paling sekitar 4 tusuk saja," ujar dr. Raissa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya