Pakar: Belum Ada Studi BPA Sebabkan Kemandulan dan Kanker

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Pakar Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha Edhi Suyatma, mengatakan hingga kini belum ada satu studi pun yang menyatakan bahwa Bisfenol A (BPA), bisa menyebabkan kemandulan dan kanker. Menurutnya, satu uji BPA untuk sampai pada kesimpulan itu tidak bisa cuma satu, tapi harus ada banyak kajian atau penelitian.

Dede Yusuf Sebut Ibunda Sosok Tangguh, Alami Serangan Jantung hingga Sempat Idap Kanker

“Ujinya itu nggak bisa cuma satu. Makanya ada yang namanya meta analisis, yaitu banyak kajian, banyak penelitian, dianalisis dan digabungkan. Tapi, kalau hanya satu pihak itu belum tentu sama dengan penelitian lain yang melakukan,” ujar Nugraha dalam keterangannya, Rabu 13 Juli 2022. 

Karenanya, dia mempertanyakan apa yang disampaikan dosen Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UGM, Diah Ayu Puspandari, yang menyatakan BPA itu menyebabkan kemandulan pada sarasehan yang diadakan BPOM beberapa waktu lalu.

Terpopuler: 10 Buah Bantu Turunkan Berat Badan hingga Cegah Kanker dengan Pijat Payudara, Bagaimana Caranya?

"Kalau saya hadir di acara itu, saya mungkin bisa menanyakan pakarnya UGM itu yang menyatakan bahwasanya BPA itu menyebabkan kemandulan, sehingga kerugian negara bisa mencapai sekian triliun. Apakah benar kemandulan yang dimaksudkan itu disebabkan oleh BPA,” tuturnya.

BPA (Bisphenol A).

Photo :
  • NPR
Teknologi Baru di Mandaya Royal Hospital, Mengurangi Beban Pasien Kanker

Beberapa pihak dalam dua tahun terakhir dianggap telah mencoba melakukan kampanye negatif melalui fear mongering (menyebarkan ketakutan) terhadap produk air kemasan galon berbahan polikarbonat (PC) yang telah beredar selama lebih selama lebih 30 tahun dan dikonsumsi secara aman oleh jutaan konsumen di Indonesia. 

Upaya penyebaran ketakutan dilakukan dengan memelintir penelitian di luar negeri yang penelitiannya tidak menggunakan sampel produk air kemasan galon, melakukan disinformasi melalui berita berbayar di media dan pendengung berbayar di sosial media.

Selain itu, ada beberapa peneliti lokal yang mengklaim melakukan penelitian tentang BPA ini tanpa melalui peer review (pengujian dari rekan sejawat) dan tanpa menyampaikan sponsor yang membiayai penelitian mereka.

Menurut Nugraha, hingga kini belum ada studi yang namanya epidemiologi  yang mengarah ke sana (BPA penyebab kemandulan). Tanpa adanya studi epidemiologi bahwa di Indonesia BPA menyebabkan kemandulan, secara etika ilmiah tidak boleh  mengungkapkan klaim seperti itu. 

Ilustrasi galon.

Photo :
  • Pixabay

“Kalau belum ada, ya belum bisa diklaim begitu,” ucapnya. 

Kepala BPOM pun mengakui bahwa studi BPA ini baru bersifat indikatif dan kausalitasnya (hubungan sebab akibatnya) belum jelas. Menurut Nugraha, selama ini penelitian lebih banyak yang menyatakan penyebab kemandulan adalah karena faktor keturunan, makanan, minuman beralkohol, dan merokok. 

Begitu juga dengan kaitan BPA dengan penyakit kanker. Nugraha mengatakan, masih belum ada studi yang menyatakan hal itu. Termasuk hasil studi meta analisis yang terakhir pada 2021. Menurutnya, itu juga masih menunjukkan tidak adanya hubungan BPA dengan penyebab kanker.

"Makanya, orang yang ingin meningkatkan status BPA itu menjadi karsinogen belum bisa dibuktikan sampai sekarang,” tuturnya.

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Freepik

Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa atau The European Food Safety Authority (EFSA) yang melakukan evaluasi ulang risiko BPA hingga kini belum menyimpulkan bahwa BPA itu penyebab kanker, dan masih melakukan kajian yang lebih luas lagi. 

Sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, SpOG., juga mengatakan, diperlukan penelitian antar center untuk benar-benar membuktikan bahwa BPA bisa menyebabkan infertilitas atau gangguan kesuburan pada sistem reproduksi pria dan wanita. Menurutnya, kalau baru info awal dan belum berbasis bukti yang level of evidence-nya kuat, perlu berhati-hati untuk menyampaikannya ke publik. 

“Itu masih butuh riset multi center, saya kira agar menjadi bukti yang kuat,” ucapnya.

Dia mengatakan minuman yang mengandung alkohol lebih berpotensi sebagai penyebab terjadinya infertilitas. Hal itu disebabkan minuman ini bisa memengaruhi pembentukan sel telur dan sperma.

Ilustrasi minuman beralkohol.

Photo :
  • Pixabay/Pexels

“Minuman beralkohol itu merusak lever. Sebetulnya, proses pembentukan sel telur atau sperma itu dipengaruhi oleh hormon dari lever. Jadi, kalau kecanduan alkohol terlalu berat, akan terjadi gangguan pada fungsi lever sehingga pembentukan sel telur dan sperma juga terganggu. Jadi, sepanjang tidak mengandung alkohol, makanan dan minuman itu tidak masalah untuk fertilitas,” ujarnya. 

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP juga mengatakan belum ada bukti BPA menyebabkan penyakit kanker. Menurutnya, 90-95 persen kanker itu dari lingkungan atau environment

"Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian BPA itu menyebabkan kanker,” ujarnya.

Upaya fear mongering bahaya BPA pada produk air galon kemasan polikarbonat, banyak diduga bermotif persaingan bisnis dengan memanfaatkan disinformasi.

Ilustrasi kanker serviks.

Jangan Putus Asa! Kanker Serviks Bisa Disembuhkan, Asal...

Dokter Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi, dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, Sp. OG(K)Onk, menjelaskan bahwa kanker serviks dapat disembuhkan jika terdeteksi sejak awal.

img_title
VIVA.co.id
29 November 2024