Benarkah Operasi Penggantian Lutut Bisa Sebabkan Stroke?

Ilustrasi lutut.
Sumber :
  • Pixabay.

VIVA – Operasi penggantian lutut dilakukan dengan cara mengganti sendi lutut yang sudah rusak dengan sendi lutut buatan atau prostetik. Prosedur medis ini dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan mengembalikan fungsi sendi lutut, agar pasien tetap dapat menggunakan lututnya seperti biasa. 

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Namun, banyak anggapan yang menyatakan bahwa operasi penggantian lutut dapat menyebabkan stroke, mengingat ada kasus pasien yang mengidap penyakit ini pasca tindakan operasi penggantian lutut. Benarkah demikian?

Chairman ALTY Orthopaedic Hospital sekaligus Consultant Orthopaedic, Arthritis & Sport Surgeon, Prof. (C) DR Ruslan Nazaruddin Simanjuntak, mengatakan, hal itu mungkin saja terjadi. Namun, dia menegaskan stroke yang diidap tidak ada hubungannya sama sekali dengan operasi yang dilakukan. 

Viral Kisah Pria Meninggal Dunia Usai Operasi Amandel, Keluarga Sebut Ada Keanehan Ini

"Itu mungkin. Tapi saya rasa gak ada hubungannya dengan ganti lutut. Mungkin secara kebetulan dia kena stroke. Tapi ada satu kasus di mana, mungkin mereka punya hipertensi, waktu dibuat (lutut buatan) hipertensinya tinggi, itu kena stroke," jelasnya saat ditemui di ALTY Orthopaedic Hospital, Kuala Lumpur, Malaysia, baru-baru ini. 

Ilustrasi serangan jantung/stroke.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com
Lagi Tren Fisioterapi ke Rumah untuk Pasien Pemulihan Stroke, Seberapa Efektif?

Prof Ruslan pun tak memungkiri, dia pernah mendapatkan pasien dengan kasus serupa. Usai melakukan operasi panggul, dua hari kemudian pasien yang bersangkutan terkena stroke. 

"Tapi bukan disebabkan operasi, tapi karena hipertensi dia memang tinggi. Jadi, implan tidak menyebabkan stroke, jantung juga tidak. Artinya penyakit-penyakit lain, seperti jantung, stroke, itu secara kebetulan berlaku selepas pembedahan," tuturnya. 

Lebih lanjut Prof Ruslan menjelaskan, sebelum melakukan operasi atau tindakan pembedahan, mereka akan melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu. 

"Contohnya kalo orang diabetes kan ada istilah ukurannya HbA1c, itu mesti kurang dari 8. Kalo 9 atau 10, itu gak betul jaga diabetesnya. Ada kemungkinan nanti infeksi," terang dia. 

Ilustrasi diabetes.

Photo :
  • Pexels/Nataliya Vaitkevich

Ruslan menegaskan, jika sebelum dilakukan prosedur medis pasien mengidap penyakit tertentu, operasi tidak akan dilakukan. Sebaliknya, pasien harus mengontrol penyakitnya terlebih dahulu, baru dilakukan tindakan operasi. Sebab, dikhawatirkan akan terjadi infeksi. 

"Yang kedua kita tanya juga kalo (pasien) mengambil steroid. Pakai steroid itu gak sakit, nanti udah beberapa bulan makan steroid kalo (pasien) bilang gak ada (tidak mengonsumsi) saya buat (sendi lutut) itu bisa infeksi. Itu saya gak mau," ujarnya. 

"Jadi sebelum kita buat, kita buat beberapa skrining atau check up dan kami di sini ada suster yang khusus untuk nanya itu semua. Jadi setiap kali pasien datang, untuk buat operasi itu, suster akan tanya semua," imbuh Prof. Ruslan Nazaruddin Simanjuntak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya