Dua Olahraga Ini Wajib Dihindari Usai Operasi Penggantian Lutut

Ilustrasi lutut.
Sumber :
  • Pixabay.

VIVA – Operasi penggantian lutut dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan mengembalikan fungsi sendi lutut, agar pasien tetap dapat menggunakan lututnya seperti biasa. 

Dampak Bahaya Duduk Terlalu Lama pada Kesehatan Jantung, Meskipun Aktif Berolahraga

Prosedur medis ini dilakukan dengan cara mengganti sendi lutut yang sudah rusak dengan sendi lutut buatan atau prostetik. Namun usai operasi, ada beberapa pantangan yang harus dihindari. Termasuk olahraga tertentu. 

Chairman ALTY Orthopaedic Hospital sekaligus Consultant Orthopaedic, Arthritis & Sport Surgeon, Prof. (C) DR Ruslan Nazaruddin Simanjuntak, mengungkapkan, beberapa olahraga sederhana boleh dilakukan pasca operasi penggantian lutut. 

Sudah Dicoba! Ini Dia 3 Olahraga Terbaik untuk Mengecilkan Lengan

Namun, dia menekankan, ada dua jenis olahraga yang wajib dihindari usai tindakan operasi. Lalu, olahraga apa yang dimaksud?

"Kalau exercise sederhana boleh, tapi gak boleh lari, gak boleh lompat. Sepeda bisa, jalan kaki bisa, berenang, golf bisa. Masih ada waktu buat yang lain-lain kecuali yang memerlukan lari dan lompat. Itu selamanya (tidak boleh dilakukan)," ujarnya saat ditemui di ALTY Orthopaedic Hospital, Kuala Lumpur, Malaysia, baru-baru ini. 

KORMI Dukung SDM Sumut Unggul, 60 Pegiat Induk Olahraga Terima Tali Asih

Ilustrasi olahraga bersepeda di masa pandemi

Photo :
  • vstory

Lebih lanjut, Prof Ruslan menjelaskan, tujuan dua jenis olahraga tersebut wajib dihindari adalah untuk menjaga sendi lutut buatan atau prostetik tersebut agar bisa tahan lebih lama. 

"Sebab, kalau kita tukar (operasi pergantian lutut), kalau kita bilang gak boleh lari atau lompat itu bisa bertahan 20-25 tahun. Tapi kalo diperbolehkan lari atau lompat, 10 tahun udah harus ditukar lagi. Kalau mau tahan lama sampai 20-25 tahun, ikut yang saya bilang. Kalau ditukar kan bukan original, itu manusia yang buat," jelasnya. 

Executive Director Alty Orthopaedic Hospital, Anwar Anis menambahkan, jika pasien berusia lebih muda, maka dokter akan merekomendasikan untuk memasang implan yang lebih mahal, dengan tujuan agar bertahan lebih lama. Namun, lain hal dengan lansia. 

"Kalau umurnya sudah 70, tidak perlu implan yang mahal karena mungkin penggunaannya hanya 25-30 tahun. Tapi kalau pesakitnya (pasien) umurnya 50, mungkin dokter akan rekomendasikan implan yang lebih tahan lama. Materialnya juga lebih exotic, harganya juga lebih mahal," ungkap Anwar Anis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya