Menkes Prediksi Puncak Omicron BA.4-BA.5 hingga 17 ribu Kasus COVID-19
- Dokumentasi VIVA
VIVA Lifestyle – Sub-varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 kian disorot lantaran dinilai memicu kenaikan kasus COVID-19 di sejumlah negara. Tak heran, Indonesia saat ini juga mengalami lonjakan yang menyentuh angka 2 ribu tambahan kasus harian.
Dalam keterangannya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin tak menampik dampak yang diberikan sub-varian baru tersebut cukup signifikan.
Apalagi, sejumlah negara juga memang mengalami kenaikan kasus yang cukup tajam sejak sub-varian baru ini pertama ditemukan di Afrika Selatan.
"Sub-varian BA.4 dan BA.5, yang pertama kali diamati di Afsel, menyebabkan uptick kasus (kenaikan kasus) di beberapa negara dunia," ujar Menkes Budi dalam keterangannya, Minggu 26 Juni 2022.
Data dari Afrika Selatan, lanjut Menkes Budi, di mana puncak kasus Omicron BA.4 dan BA.5 ada dikisaran 30 persen-an.
Ada pun berdasarkan perhitungan Kementerian Kesehatan, puncak kasus sub-varian Omicron bisa terjadi di akhir Juli, atau tepatnya lebih dari satu bulan pasca ditemukan kasus pertama.
"Puncak omicron di Indonesia, omicron 58.000an (kasus) estimasi (subvarian omicron) 17.400an. Dengan puncak fatality di kisaran 10 persenan saat puncak omicron," beber Menkes Budi.
Apalagi saat ini konfirmasi kasus harian kembali menyentuh angka seribu-dua ribu per hari. Padahal, beberapa pekan sebelumnya kasus harian hanya mencapai ratusan pasien.
Apabila kasus harian melebihi standar, maka sesuai penetapan WHO akan diberikan melebihi level satu.
"Kenaikan kasus konfirmasi harian sudah mencapai 2,000an kasus/hari. Batas atas Level-1 WHO adalah 7,800 kasus/hari," tegas Menkes Budi.
Meski begitu, angka Reproduction Rate nasional masih terkendali yakni kurang dari 1.
Sementara itu, Menkes Budi juga menegaskan bahwa Positivity Rate nasional masih terkendali di 3.61 persen, meski ibukota sudah melampauinya.
"Positivity rate masih kurang atau sama dengan 5 persen. Beberapa propinsi seperti Jakarta dan Banten sudah di atas 5 persen," pungkas Menkes Budi.