Bukan Dagu Lancip, Kini Tren Awet Muda Natural Kian Diminati

Perawatan kecantikan V-Shape
Sumber :
  • ist

VIVA Lifestyle – Standar kecantikan di Indonesia selalu diwarnai dengan pro dan kontra. Di beberapa tahun terakhir dikatakan bahwa standar kecantikan adalah seseorang yang memiliki kontur wajah dengan bentuk V-Shape, dengan bentuk rahang yang tirus dan dagu lancip.

Menurut sejumlah ahli estetika, perawatan kecantikan V-Shape hanya berfokus pada wajah bagian dagu saja.

Sebab, hal tersebut nantinya dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan wajah yang tidak proporsional dengan ciri dagu yang menggantung dan lancip.

“Tren kecantikan sekarang sudah lebih beragam dan tidak hanya mengacu pada satu etnis saja. Setiap individu merupakan pribadi yang unik dengan karakter wajah masing-masing. Tidak bisa pukul rata dengan dagu harus lancip misalnya,” kata dr. Olivia Aldisa, praktisi medis sekaligus Chief Doctor di salah satu klinik kecantikan di Jakarta.

Tren E-Shape
Tahun ini, tren V-shape sepertinya akan ditinggalkan dan berganti dengan tren E-shape yang menyempurnakan bentuk wajah V-shape menjadi lebih menarik dan proporsional.

Perawatan E-Shape memanfaatkan kehadiran soft tissue filler sebagai solusi baik bagi perempuan ataupun laki-laki yang ingin memiliki anatomi muka yang lebih “attractive”, dengan ciri tampilan wajah yang muda, kencang, dan terlihat lebih natural.

Perawatan kecantikan V-Shape

Photo :
  • ist

Namun faktanya, kecantikan itu bukan hanya sebatas terfokus pada wajah saja, tetapi memiliki badan yang sehat dengan bentuk yang proporsional juga perlu didukung.

Asupan makanan dan olahraga menjadi kunci penting untuk memiliki body goals yang sehat dan sempurna. 

Unik, TPS di Bali Berkonsep Kebangsaan dengan Petugas Gen Z Perempuan

Teknologi CoolSculpting
Dalam sebuah acara seminar Allergan Zuellig Pharma (ZP) Therapeutics yang bertajuk “Beauty Goals 2022: More Than Just a Face,” kecantikan menyeluruh ini perlu didukung oleh beberapa treatment perawatan dengan teknologi canggih, diantaranya yaitu CoolSculpting.

Untuk tampil atraktif, perawatan wajah dari segi proporsi hingga kualitas kulit memang sangat penting dilakukan, namun di sisi lain, setelah kecantikan wajah telah tercapai, demi menyempurnakan bentuk tubuh, dibutuhkan treatment CoolSculpting dengan teknologi terkini yang mampu menghancurkan lemak-lemak membandel di dalam tubuh.

Usai Ziarah ke Makam Pangeran Jayakarta, Ridwan Kamil Ungkap Bakal Temani Bahlil Nyoblos Pilkada

Terkadang, gaya hidup sehat saja tidak cukup memberikan perubahan yang signifikan dalam bentuk tubuh sehingga motivasi kita menurun, di sinilah hadir CoolSculpting melengkapi usaha untuk tampil paripurna.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Aldisa yang hadir sebagai salah satu pembicara mengatakan bahwa metode ini sangat aman dan terbukti ampuh dalam menyempurnakan tubuh dalam waktu yang cukup singkat. 

Vanesha Prescilla Comeback di Film Tak Ingin Usai Di Sini, Adu Akting dengan Bryan Domani

“Secara umum, bentuk tubuh yang atraktif bagi wanita adalah yang memiliki rasio pinggang ke pinggul 0.7-0.8. Tidak hanya atraktif, bentuk tubuh seperti ini juga mencerminkan kesehatan dan kesuburan. Sedangkan untuk pria rasio idealnya ada di <0.9,” kata dr. Aldisa yang juga sedang melakukan penelitian teknik CoolSculpting terbaru.

Teknik Injeksi
Dokter Aldisa sendiri baru saja kembali ke Tanah Air setelah 2 minggu menjalani konferensi dan workshop di Stockholm, Swedia dan Utrecht, Belanda.

Dalam kesempatan itu, dr. Aldisa banyak mempelajari ilmu baru di dunia estetika khususnya terkait tren estetika medis terkini dan juga penyempurnaan teknik injeksi.

“Ada beberapa pesan penting dari perjalanan studi tempo hari yakni standar kecantikan sudah makin beragam, tidak mengikuti standar dari satu etnis saja, karena pada dasarnya setiap etnis memiliki keunikan dan karakter masing-masing untuk ditonjolkan,” jelas dr. Aldisa.

“Bahkan sekarang para pakar estetik global tidak hanya berpatokan pada golden ratio seperti yang disebut-sebut selama ini. Keindahan manusia sebagai makhluk hidup lebih kompleks dibandingkan pengukuran baku yang biasanya untuk benda mati seperti gedung, kursi, meja, dsb,” ujar dr. Aldisa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya