Kenali Pemicunya, Kendalikan Asma dengan Langkah Ini

asma
Sumber :
  • Times of India

VIVA LIFE – Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Organisasi asma dunia, GINA, terus menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit asma dan mendorong semua pihak untuk dapat meningkatkan perawatan dan pengobatan penyakit asma.

4 Perbedaan Pneumonia pada Anak dan Dewasa, Siapa yang Paling Berisiko Terpapar?

Asma merupakan peradangan kronis yang disebabkan terjadinya penyempitan pada otot-otot saluran pernapasan yang dapat menimbulkan mengi, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala ini dapat muncul secara episodik dan tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol.

Penyebab kekambuhan asma bisa berbeda bagi setiap pasien asma. Namun umumnya asma muncul akibat paparan terhadap faktor pemicu seperti debu, asap rokok, makanan tertentu, kondisi cuaca dan faktor lingkungan lainnya. Intensitas serangan asma dapat meningkat jika terpapar lebih sering dengan faktor pemicu tersebut. Jika tidak terkontrol, asma dapat mengancam jiwa.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Sesak napas

Photo :
  • Times of India

Berdasarkan data yang dilansir WHO, sebanyak 262 juta orang saat ini menderita penyakit asma. Penyakit ini juga telah menyebabkan 455,000 kematian. Lebih lanjut, WHO menemukan kasus serangan asma yang berat lebih banyak terjadi di negara berpendapatan sedang dan rendah dimana tingkat diagnosa serta kepatuhan pada pengobatan masih tergolong rendah[ii]

7 Keunggulan Layanan Akupunktur di Klinik Beringin Indah, Tangerang

Sementara itu, di Indonesia, Kementerian Kesehatan melaporkan sejumlah 4,5% atau secara kumulatif 11 juta penduduk Indonesia menderita asma[iii]. Angka ini menjadikan asma sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diidap, tidak hanya pada orang dewasa, akan tetapi juga pada anak anak.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K) mengatakan “walaupun tidak dapat disembuhkan, penting bagi pasien asma untuk secara aktif mengelola asma agar terhindar dari risiko buruk dan dampak kerugian lainnya. Terlebih sebagian besar pasien asma saat ini belum patuh pada tatalaksana yang dianjurkan dokter sehingga memperparah peradangan ketika kambuh.”

Tujuan dari pengelolaan asma adalah agar pasien dapat mengontrol risiko serangan asma dan tentunya hidup dengan lebih produktif. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pencegahan dapat dilakukan dengan mengenali dan menghindari faktor pemicu kekambuhan asma.

Selain itu, pasien asma juga dapat melakukan pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara teratur. Upaya pengobatan dan terapi kontrol asma dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien asma. 

“Asma dengan intensitas kekambuhan ringan, sedang dan berat direkomendasikan pemberian terapi kontrol kortikosteroid inhalasi secara rutin dengan dosis yang disesuaikan, tidak cukup dengan obat pelega saja,” tutur Prof Faisal Yunus.

Ia menambahkan, kortikosteroid inhalasi tersebut bekerja sebagai antiinflamasi yang memberikan perlindungan pada penyempitan saluran pernapasan sehingga dapat mengurangi risiko serangan akut, tentunya jika rutin digunakan[iv]. GINA juga turut menyarankan untuk mengontrol gejala asma dengan menggunakan terapi kortikosteroid inhalasi.

Adapun Country Medical Director GSK Indonesia dr. Calvin Kwan, mengatakan asma yang tidak terkendali dapat menghambat pasien menjalani hidup dengan nyaman. 

Kondisi asma memberikan implikasi negatif pada kesehatan dalam jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Selain itu, asma yang tidak terkontrol juga dapat menurunkan tingkat produktivitas pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

“Untuk itu, penting secara disiplin mengontrol penyakit asma dengan mengikuti anjuran dan terapi yang tepat sesuai dengan yang diberikan oleh dokter agar pasien asma tetap dapat menjalani hidup yang produktif dan berkualitas,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya