Penyintas Omicron Berisiko Terinfeksi Subvarian BA.4 dan BA.5?
- Freepik
VIVA – Subvarian Omicron baru yakni BA.4 dan BA.5 disebutkan lebih rentan menular dan memicu infeksi kembali pada penyintas COVID-19 varian Omicron. Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, mengatakan bahwa hal tersebut besar kemungkinannya terjadi.
Menurut Erlina, hal tersebut ditengarai oleh jenis subvarian baru yang memiliki sifat mengelabui sistem imunitas. Tak heran, kekebalan alami yang dibangun penyintas COVID-19 varian Omicron bisa saja 'tumbang' oleh subvarian baru.
"Tetap ada kemungkinan re-infeksi, apalagi keunggulan BA.4 dan BA.5 mampu mengelabui sistem imun tubuh," tutur Erlina dalam konferensi pers di PB IDI, Jakarta, Selasa 21 Juni 2022.
Menurut dokter Erlina, seseorang yang sudah vaksin maupun memiliki imunitas alami usai terinfeksi COVID-19, artinya memiliki hybrid imunitas. Hal ini membantu tubuh cenderung meningkatkan imunitasnya lebih baik lagi terhadap COVID-19. Namun, hanya dengan hybrid immunity saja rupanya tak cukup menangkal subvarian baru.
"Dengan hybrid kemungkinan re-infeksi lebih rendah dibanding kalau tidak ada. Apalagi kalau pakai protokol kesehatan (lebih baik melawan virus). Jadi kalau tubuh, kalau ada kuman virus masuk, sistem imun akan mengenalinya. Tetapi, varian baru ini bisa mengelabuinya," imbuhnya.
"Kemungkinan tertular kembali akan lebih rendah dengan vaksin primer, booster, dan prokes," sambungnya.
Protokol kesehatan sendiri kembali diimbau agar diperketat. Selain itu, vaksinasi booster yang baru mencapai 23 persen, diimbau Erlina agar kembali digencarkan. Akan tetapi, Erlina menegaskan belum ada wacana untuk pemberian booster kedua dan fokus menggencarkan booster pertama.
"Angka capaian 23 persen, seharusnya ini dulu yang ditingkatkan. Jangan buru-buru booster kedua. Kita harus lindungi dulu yang belum divaksin. Kalau sudah, baru pikir booster kedua, apalagi vaksinasi bukan segala-galanya juga," bebernya.
Erlina mengimbau agar pemerintah daerah bisa semakin menggencarkan vaksinasi booster pada seluruh masyarakat. Terlebih, vaksin primer sendiri bisa menurun imunitasnya seiring berjalannya waktu sehingga sangat membutuhkan tambahan dosis.
"Mengubah definisi vaksinasi lengkap dari 2 jadi 3 dosis. Saya kira itu bisa terjadi tapi itu akan ada lagi unsur pemaksaan. Kami dari PB IDI inginnya masyarakat sadar memang harus dijalani," pungkasnya.