Udara Jakarta Terburuk di Dunia, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan

Warga pakai masker karena polusi udara meningkat. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Predikat kota paling berpolusi dengan udara terburuk di dunia diraih oleh ibukota Indonesia, DKI Jakarta. Tentunya, hal ini menjadi kabar buruk bagi masyarakat yang masih diterpa pandemi COVID-19 lantaran polusi bisa menjadi momok menakutkan bagi kesehatan tubuh.

MPR Ajak Kampus Bersinergi Selamatkan Lingkungan dan Wujudkan Udara Bebas Polusi

Diberitakan VIVA sebelumnya, DKI Jakarta menduduki rangking pertama kota paling berpolusi di Indonesia juga di dunia, menurut hasil pengukuran indeks kualitas udara (AQI) dan polusi udara yang dirilis IQ Air. Berdasarkan data terbaru pagi ini, Senin, 20 Juni 2022 pukul 07.00 Wib, kualitas udara Jakarta mencapai angka 196. 

Kualitas udara di Jakarta ini masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi polutan utama atau PM2.5 di udara Jakarta saat ini 28.6 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO atau berada pada angka 136,9 gram polutan per meter kubik.

Menteri Hanif Blak-blakan soal Banyaknya Laboratorium Lingkungan di RI Belum Terintegrasi

Dikutip dari laman Center for Science Education, polusi udara tentu mempengaruhi semua hal. Ini berbahaya bagi kesehatan kita, dan berdampak pada lingkungan - mengurangi jarak pandang dan menghalangi sinar matahari, menyebabkan hujan asam, dan merusak hutan, satwa liar, dan pertanian. 

Merugikan Kesehatan Manusia

Truk Jadi Penyumbang Emisi Terbesar, Jakarta Siapkan Wilayah Rendah Emisi

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, diperkirakan tujuh juta orang meninggal setiap tahun karena polusi udara. Lebih dari 4.000 orang meninggal hanya dalam beberapa bulan akibat peristiwa kabut asap parah yang terjadi di London pada tahun 1952.

Ilustrasi polusi udara.

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Ozon di permukaan tanah menyebabkan otot-otot di paru-paru berkontraksi, sehingga sulit bernapas. Paparan tingkat ozon yang tinggi dapat menyebabkan sakit tenggorokan, batuk, radang paru-paru, dan kerusakan paru-paru permanen.

Gejala dari paparan jangka pendek biasanya sembuh dengan cepat, tetapi paparan jangka panjang terkait dengan penyakit serius dan penyakit di berbagai sistem tubuh. Anak-anak, orang tua, dan orang-orang dengan penyakit berkelanjutan lebih rentan terhadap polusi udara daripada kelompok lain. Populasi perkotaan juga berisiko lebih besar karena tingginya konsentrasi polusi di dalam kota

Paparan polusi udara dalam jangka pendek dapat menyebabkan: Batuk, Mengi/Sulit bernapas, Iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, Sakit kepala, Pusing, dan Kelelahan. 

Sementara, paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat menyebabkan: Penyakit pernapasan (Asma, Emfisema), Kerusakan kardiovaskular Kerusakan hati, limpa, dan darah, Kerusakan sistem saraf, Kanker, dan Cacat lahir Kematian.

Selain itu, tingkat polusi partikulat yang tinggi dari semua jenis pembakaran mengurangi jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan dan bahkan mengubah tampilan langit. Ketika lebih sedikit sinar matahari yang tersedia untuk fotosintesis, hutan tumbuh lebih lambat dan tanaman menjadi kurang produktif. Langit berkabut tidak hanya mengurangi jarak pandang, tetapi juga memengaruhi cuaca dan bahkan iklim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya