Kemenkes: Tren Kenaikan COVID-19 Karena Omicron Mengintai

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.
Sumber :
  • pexels/Edward Jenner

VIVA – Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan munculnya subvarian Omicron baru BA.4 dan BA.5 menjadi penyebab kasus COVID-19 kembali meningkat. 

"Naik turunnya kasus, termasuk nanti hospitalisasi, atau mungkin juga angka kematian merupakan dinamika dari masih dalam masa pandemi," kata Syahril dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia, dikutip VIVA, Jumat 17 Juni 2022. 

Diketahui, Indonesia kembali mengalami tren kenaikan kasus COVID-19 pada pekan ini. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan, ada penambahan 1.242 kasus baru pada Rabu, 15 Juni dan 1.173 pada 16 Juni 2022. 

Syahril berpesan kepada masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kondisi lonjakan kasus COVID-19. Pun, ketika kasus mengalami penurunan agar tidak terlalu bereuforia.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu

Syahril menjelaskan, pemicu terjadinya lonjakan kasus adalah kemunculan varian baru COVID-19. Seperti halnya ketika dunia menghadapi varian Omicron dan Delta beberapa bulan lalu.

"Sekarang pun, kenaikan kasus yang terjadi dipengaruhi oleh munculnya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5," terang Syahril.

Sistem sudah terbentuk 
Terkait fasilitas kesehatan, Syahril mengaku, saat ini pemerintah Indonesia sudah cukup siap dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19 varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 ini.

KPK Tahan Tiga Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan APD di Kemenkes, Satu Orang Tidak Hadir

Kementerian kesehatan (Kemenkes), disampaikan Syahril, sudah menyiapkan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan, serta rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus Omicron. Hal ini untuk menyiapkan seluruh sumber daya dalam memberikan layanan. 

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik
Cara Mengelola Keuangan Setelah Kuliah: 7 Langkah Jitu Menuju Stabilitas Finansial!

"Nah, dari hulu ke hilir sebetulnya sistem kita sudah terbentuk. Jadi kita melakukan long tracing maupun tracing. Kemudian pihak rumah sakit dengan pengalaman 2 tahun ini, kita memiliki kesiapan yang lebih baik, mulai dari SDM, sarana prasarana, alat medis, APBD maupun sistemnya," ungkapnya. 

PTM belum disetop
Lebih jauh, Syahril menyampaikan per Selasa, 14 Juni 2022, ada tiga kasus dari 20 pasien Omicron BA.4 dan BA.5 adalah anak berusia lima hingga 12 tahun. Meski anak tersebut belum menerima vaksin COVID-19, gejala yang timbul relatif ringan.

Lekas Pulih dari COVID-19, Indonesia Sukses Lalui Pandemi Mencekam

Syahril menekankan belum ada kebijakan baru terkait pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Karenanya, anak-anak masih diperkenankan mengikuti PTM dengan syarat protokol kesehatan yang ketat.

Kalau kebijakan baru belum ada, tetap sama pada intinya PTM diperbolehkan, kita melaksanakan dengan protokol ketat," terang dia. 

Ilustrasi anak pakai masker.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Namun, Syahril mewanti-wanti agar pemakaian masker diperketat demi menghindari risiko paparan virus. Meski aturan masker diperlonggar di luar ruangan, dalam kondisi tertentu tetap wajib dipakai. Misalnya, saat berada di tengah kerumunan.

"Anak-anak harus dilatih ditugasi bagaimana protokol kesehatan tetap dilakukan, memakai masker dalam kelas, begitu juga di luar kelas kerumunan banyak orang tetap pakai masker," pesan dia.

Selain COVID-19, Syahril mengimbau anak juga mewaspadai infeksi penyakit menular lainnya seperti hepatitis misterius yang hingga kini belum diketahui penyebabnya. Anak sebaiknya dibekali edukasi cara pencegahan sederet penyakit infeksi penyakit menular.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya