Omicron BA.4 dan BA.5 di RI Akan Picu Gelombang Baru COVID?

COVID-19 varian Omicron.
Sumber :
  • ANTARA/Shutterstock

VIVA – Subvarian baru COVID-19 Omicron BA.4 dan BA.5 dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan RI sebanyak empat kasus. Hal tersebut membuat sebagian masyarakat mempertanyakan akan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk gelombang baru COVID-19. Apa kata Kemenkes?

Tujuan Mulia Dokter Marlina Putri, Eks Relawan Nakes Covid-19 Ingin Jadi Polisi

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, mengatakan bahwa penambahan kasus COVID-19 beberapa hari terakhir memang terlihat meningkat dibanding biasanya. Bahkan pada 10 Juni 2022 kemarin, terdeteksi penambahan 627 kasus COVID-19. Tak heran, kenaikan kasus disertai penemuan subvarian baru memicu anggapan adanya gelombang baru.

"Semua bisa terjadi. Pada saat Delta sudah turun 3 bulan, begitu Desember baru ada beberapa negara ternyata masuk juga. Dengan kesiapan kita apalagi omicron tidak seberat Delta dan imunisasi sudah jalan, maka itu suatu upaya untuk tekan kasus omicron tidak sampai menambah jumlah keterisian tempat tidur (BOR), juga kematian tidak banyak," kata  Syahril dalam konferensi pers Kemenkes, Jumat sore, 10 Juni 2022.

China Lakukan Eksperimen Virus Baru Mirip COVID-19 di Wuhan, Elon Musk: Mengkhawatirkan

Syahril melanjutkan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 cenderung menimbulkan gejala ringan. Di mana pada penemuan empat kasus di Bali, mayoritas menunjukkan gejala ringan dan bisa diatasi dengan isolasi mandiri.

Sakit tenggorokan

Photo :
  • Times of India
Menkes Budi Gunadi Pimpin Transformasi Kesehatan, Dorong Pemerataan Dokter Spesialis di KONKERNAS HBTKVI 2025

"Gejalanya 1 orang ringan, 2 orang gatal tenggorokan, lainnya tidak ada gejala. BA.4 BA.5 memang tinggi penyebaran tapi penularan tidak seberat omicron. Kita sudah ada pengalaman dan sistem (kesehatan) kita akan kawal mulai dari hulu sampai hilir," tuturnya.

Diagnosis subvarian baru tersebut hanya bisa ditentukan lewat Whole Genome Squence (WGS) dengan karakter cepat menyebar dan gejala ringan. Pengawalan terhadap subvarian ini mencakup di pintu-pintu masuk seperti di bandar udara dan pelabuhan laut yang potensi datang dan perginya orang ke dalam dan luar negeri. 

"Belum lewati seribu (kasus harian). Kita berharap dengan kesadaran bersama, dengan pengetatan di pintu masuk dan tracing bagi orang-orang yang dicurigai, maka kita berharap dapat kendalikan kasus tidak lampaui seribu (per hari) seperti omicron sebelumnya atau delta," kata dia.

ilustrasi kanker

Penyintas COVID-19 Berpotensi Mengalami Kanker Paru? Simak Penjelasan Dokter!

Apakah penyintas COVID-19 berisiko terkena kanker paru? Simak penjelasan dokter tentang kaitan infeksi virus dengan kesehatan paru-paru di sini.

img_title
VIVA.co.id
11 Maret 2025